Kamis, 21 Maret 2013

Kabar Pendaki Tewas dan Kritis di Merapi Ternyata Hoax

YOGYAKARTA - Regu penolong dari beragam kesatuan tertipu dengan adanya kabar penemuan pendaki yang tewas dan kritis di lereng Gunung Merapi, Sleman, DIY. Kabar itu dipastikan tidak benar (hoax).

"Semua personel balik kanan setelah mengecek lokasi tidak ada korban yang tewas maupun kritis. Ada tujuh personel kami sudah tiba di Jalur Srumbung Magelang, mereka balik lagi karena infonya tidak benar ada," kata Humas Basarnas Pos Yogyakarta, Rahmawati meluruskan pemberitaan sebelumnya kepada Okezone, Selasa (19/3/2013) petang.

Pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan Pos SAR Klaten dan Boyolali, Jawa Tengah, mengingat pendakian bisa melewati jalur timur melalui Pos Selo. Namun, lagi-lagi tidak ada informasi adanya pendaki yang tersesat.  

"Melewati Srumbung Magelang fiktif, baru saja ini saya coba hubungi jalur timur katanya juga enggak ada pendakian," jelasnya. 

Rahma sendiri mengaku kecewa dengan laporan warga yang mengaku menemukan seorang pendaki dalam keadaan tewas dan satu lainnya kritis. Terlebih, timnya turun langsung ke lapangan meski cuaca tengah ekstrem.

"Semuanya kecele (ketipu). Bukan hanya kami dari Basarnas, tapi SAR DIY dan relawan lainnya juga, semuanya langsung balik ke pos masing-masing," bebernya.

Seperti diberitakan sebelumnya, beredar kabar telah ditemukan jenazah pendaki berjenis kelamin pria dan seorang perempuan dalam keadaan kritis bernama Anisa Wulandari. Mereka berasal dari SMA 5 Semarang yang mendaki bersama tiga rekannya. 

Rumah dan gedung DPRD rusak akibat hujan angin di Klaten

Sejumlah rumah rusak dan puluhan pohon tumbang saat hujan deras disertai angin kencang melanda Klaten, Jawa Tengah, Senin sore (4/3). Tak hanya itu, gedung DPRD setempat mengalami kerusakan cukup parah pada atap dan plafon. Beruntung, tidak ada korban dalam peristiwa tersebut, namun kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

Informasi yang berhasil dihimpun merdeka.com, hujan deras disertai angin kencang yang melanda wilayah Klaten terjadi sekitar pukul 14.30 wib. Sejumlah pohon yang tumbang melintang ke tengah jalan menyebabkan akses jalan di beberapa wilayah Klaten sempat terputus.

"Tadi ada pohon Sono Keling yang roboh melintang di Jalan Wijaya Kusuma, tapi sudah dievakuasi warga dan tim SAR," ujar Karsidi warga, Klaten Tengah.

Karsidi menceritakan, saat terjadi hujan dan angin ribut, dirinya sedang berada di warung angkringan. Hujan lebat disertai angin kencang berlangsung sangat cepat dan merobohkan puluhan pohon. Beruntung pohon besar tersebut tak menimpa beberapa kendaraan bermotor yang sedang diparkir.

Kondisi yang hampir sama juga terjadi di sepanjang jalan alternatif yang menghubungkan Klaten dengan Boyolali, di Desa Gedaren, Kecamatan Jatinom. Puluhan pohon mahoni yang tumbang melintang sehingga menyebabkan jalur tersebut terputus selama beberapa jam. Jalur baru dapat dilalui setelah warga bersama tim SAR segera menyingkirkan dahan dengan alat seadanya.

"Kami tadi sudah lapor tim SAR. Kita langsung tebangi dan menyingkirkan dahan untuk membuka jalan," kata Pupriyon, warga Jatinom.

Tak hanya melintang dan memutus akses jalan, sejumlah pohon tumbang yang terjadi di kawasan desa Sumberejo, Klaten Selatan, juga merusak pagar sekolah SDN 1 Tegalyoso, serta menimpa rumah warga. Akibatnya rumah tersebut mengalami kerusakan cukup parah.

Hingga pukul 22.45 WIB, warga dan tim SAR Klaten masih bergotong royong untuk menyingkirkan pohon yang tumbang dan mengevakuasi rumah warga yang tertimpa pohon. Pemkab setempat masih mendata total kerugian akibat terjangan angin puting beliung tersebut. Merdeka.com

Pohon 20 Meter Timpa Rumah, Warga Tunggu Bantuan


KLATEN, KOMPAS.com -  Puting beliung yang menerjang Desa Pakel, Trucuk, Klaten, pada Minggu sore (3/3/2013), membuat satu pohon jati setinggi 20 meter tumbang dan menimpa rumah milik Sri Jumadi (32). Akibat kejadian itu, atap rumah itu rusak berat.
Hingga Senin (4/3/2013), pohon jati yang diperkirakan berumur puluhan tahun itu belum diangkat dari rumah Sri Jumadi, karena warga tidak memiliki peralatan yang memadai untuk menyingkirkannya.
Putera Sri Jumadi, Edwin, mengatakan hanya bisa menyangga pohon dengan bambu agar tidak roboh dan merobohkan rumahnya. "Disangga bambu agar tidak roboh dan sementara keluarga mengungsi ke rumah saudara dan tetangga, karena sewaktu-waktu pohon bisa roboh," katanya.
Kepada Kompas.com, Edwin menceritakan, angin puting beliung menerjang selama kurang lebih 10 menit disertai hujan deras pada Minggu sore. Lalu pohon jati yang berada di dekat rumah roboh dan menimpa rumah. Edwin bersyukur, dua orang yang saat itu barada di dalam rumah tidak mengalami luka sedikit pun.
Sementara itu, Kasi Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Eddy Santosa, yang tiba di lokasi mengatakan kerugian material akibat kejadian itu diperkirakan mencapai sekitar Rp 10 juta. Pihaknya akan segera melakukan evakuasi pohon dengan bekerja sama dengan tim SAR Klaten.
"Kita lihat kondisinya dan diperkirakan kerusakan hanya terjadi pada bagian atap rumah, dan kita akan lakukan koordinasi dengan Tim Sar untuk mengevakuasi pohonnya" kata Eddy.

Selasa, 06 November 2012

Pemkab Klaten Kucurkan Rp 1 Miliar ke Warga Merapi

Dok.Timlo.net/Indratno Eprilianto Klaten – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten menyalurkan bantuan Rp 1 miliar kepada warga terdampak langsung erupsi Merapi 2010 di Desa Balerante, wilayah Kecamatan Kemalang, Klaten, Senin (5/11). Bantuan itu guna membantu pemulihan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Bantuan tersebut diberikan langsung oleh Bupati Klaten Sunarno kepada perwakilan 14 desa, enam kelompok masyarakat, dua relawan, serta Search And Rescue (SAR) Klaten. Total bantuan senilai Rp 1 miliar.
“Dana bantuan tersebut berasal dari dana sisa penanggulangan bencana Kabupaten Klaten yang nilainya Rp1,7 miliar,” ujar Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten, Joko Rukminto.
Bupati Klaten Sunarno, mengatakan pemberian bantuan tersebut bertujuan untuk memulihkan kembali perekonomian sekaligus memberdayakan warga terdampak langsung erupsi Merapi di Kecamatan Kemalang. “Mudah-mudahan bantuan itu bisa bermanfaat,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Bupati Klaten juga menyerahkan surat ijin siaran sebagai tanda diresmikannya Radio di Pos Pantauan Induk Balerante. Kegiatan itu dihadiri masyarakat, relawan, perwakilan desa dan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta.
Sementara itu, dalam kegiatan tersebut juga diisi dengan kirab tumpeng oleh masyarakat yang tergabung dalam Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa). Kegiatan itu sekaligus dalam rangka refleksi dua tahun erupsi Merapi.
 Sumber :Timlo.Net

Peringatan 2 Tahun Erupsi Merapi, 200 Gunungan Siap Dikirab

KLATEN–Sebanyak 200 Tumpeng siap dikirab dalam acara peringatan dua tahun erupsi Merapi, yang akan berlangsung di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Senin (5/10/2012) mendatang.
Kirab tersebut akan melibatkan Paguyuban Kawulo Keraton Surakarta (Pakasa). Kepala bagian (Kabag) Humas, Pemkab Klaten, Herlambang Jaka Santosa, ketika ditemui Solopos.com, di ruangannya Jumat (2/11/2012) mengatakan dipilihnya Desa Balerante tersebut dikarenakan desa itu merupakan desa yang terkena dampak paling parah pada erupsi Merapi 2012 lalu. Saat itu puluhan rumah rusak dan terbakar akibat terkena wedus gembel.
Selain melakukan kirab gunungan, acara tersebut juga dimeriahkan dengan pameran foto dan barang-barang sisa erupsi Merapi 2010 lalu. Rencananya beberapa produk batik khas dari Balerante juga akan dipamerkan dalam acara tersebut. Tak hanya itu pada acara tersebut juga akan dilakukan pementasan tarian tradisional gambyong dan kuda lumping.
“Nantinya juga akan ada sambung rasa, dengan melibatkan, organisasi kemasyarakatan, Bupati, BPBD, SAR Klaten dan BPPTK Jogja. Sedangkan malam harinya akan dilakukan dzikir dan doa bersama untuk warga yang terdampak erupsi Merapi,” kata Herlambang.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Klaten, Joko Rukminto, mengatakan pada peringatan erupsi Merapi tersebut, BPBD akan memberikan bantuan kepada relawan. Bantuan tersebut berupa peralatan Search and Rescue, untuk menunjang penyelamatan bagi relawan yang bertugas di Merapi.
“Untuk memberikan bantuan tersebut dianggarkan uang Rp400 juta. Semoga nantinya peralatan tersebut bisa membantu para relawan saat Merapi kembali bergejolak,” ujar Joko.

Kamis, 06 Januari 2011

Bukit Putih Masih Mengancam

KLATEN Bukit Putih yang berada di antara Kecamatan Ngawen (Gunungkidul) dan Kecamatan Cawas (Klaten) masih terancam longsor lagi, setelah sehari sebelumnya longsor dan menewaskan seorang warga. Curah hujan yang masih tinggi dengan tekstur tanahnya yang labil, dapat membuat bebatuan dan lumpur kembali menerjang ke hunian warga.Pantauan koran ini di lokasi longsoran, puluhan warga nekat menerjang garis polisi dalam radius 100 meter dari kawasan rawan longsor. Ada yang penasaran ingin melihat bekas longsoran, tidak sedikit pula yang hanya iseng berfoto di lokasi bencana. 
Kepada mereka, petugas dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) harus meneriakinya untuk menjauh. Salah seorang warga di lokasi, Wahyu, 28, mengaku ingin menyaksikan sendiri longsornya Bukit Putih yang telah menewaskan seorang warga setempat itu. ”Dengarnya dari orang-orang. Katanya bukit Bukit Putih longsor,” ujar dia, Senin (3/1).
Menurut Komandan Search And Rescue (SAR) Klaten Pandu Wirabangsa, Bukit Putih berpotensi longsor kembali karena curah hujan yang masih tinggi. ”Struktur tanahnya labil, ditambah hujan yang mengguyur dapat menyebabkan longsor susulan. Untuk itu patuhilah imbauan petugas di sana. Jangan melanggar garis polisi dalam radius rawannya!”ujar dia, kemarin.
Pada bagian lain, sebanyak 141 jiwa warga Dusun Mundon Desa Tancep Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, DIJ beralih ke kantor desanya Senin kemarin, setelah sebelumnya mengungsi ke SDN I Burikan Cawas. Mereka merupakan penduduk yang berhunian di bawah bukit yang terletak di perbatasan Klaten-Gunungkidul, DIJ itu. 
Akibat longsor pada Minggu (2/1) sore, satu rumah rusak tertimbun lumpur dan batu, sementara dua rumah lainnya rusak. Seorang warga setempat, Sugito Tinoyo (70) tewas di dalam rumahnya dan baru dapat dievakuasi Senin kemarin pukul 06.40 WIB. Tim evakuasi juga menemukan satu mayat kambing, tidak jauh dari reruntuhan rumah Sugito Tinoyo. Jasad yang ditemukan terkubur lumpur dan tanah serta reruntuhan bangunan.
Salah seorang pengungsi, Gunawan, 29, mengatakan belum berani menempati rumahnya karena separohnya telah hancur diterjang longsor. ”Keluarga saya untuk sementara mengungsi dahulu. Menunggu alat berat datang untuk mengeruk,”ujar dia. 
Diceritakannya, longsor kemarin merupakan yang terbesar sejak kejadian 2006 lalu. Ia juga merasa khawatir terjadi longsor susulan, karena rekahan akibat gempa 2006 lalu terus melebar.
Sekretaris Desa Burikan Kecamatan Cawas Klaten Joko Sutana mengingatkan warga di sekitar lokasi rawan untuk bersiaga pascalongsor kemarin.”Meskipun tidak berada tepat di bawah bukit, tapi untuk jaga-jaga saja. Karena lumpur dan batu bisa mencapai ratusan meter dari kaki bukit,”ujar dia. Dia memperkirakan ada 250 warga yang tinggal di radius 100 meter dari bukit. Kepada mereka, dia meminta untuk ekstra waspada. (jko)

Warga Klaten Diminta Waspadai Longsor Bukit Putih

KLATEN--MICOM: Penduduk Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang berada di radius 100 meter dari Bukit Putih diminta waspada saat curah 
hujan tinggi, karena bukit itu berpotensi longsor. 



"Mengingat tekstur tanah di bukit itu labil, longsor susulan bisa terjadi jika curah hujan tinggi. Karena itu, warga yang tinggal di radius 100 meter dari kawasan rawan longsor itu harus menjauh," kata Komandan Search and Rescue (SAR) Klaten Pandu Wirabangsa di Kantor Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten, Selasa (4/1). 



Pada Minggu (2/2) sore bukit yang berada di perbatasan Kabupaten Gunungkidul dan Klaten itu longsor akibat hujan deras. Seorang penduduk Dusun Mundon, Desa Tancep, Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, bernama Gito Tinoyo, 70, tewas dalam musibah tersebut. Satu rumah milik korban tertibum dan dua rumah warga lainnya rusak diterjang lumpur dan batu. 

Sejak terjadi longsor, warga yang bertempat tinggal di bawah bukit ketakutan pada saat hujan. Karena itu, menurut Sekretaris Desa Burikan Joko Sutono, warga kini mengaktifkan kembali kegiatan ronda. "Ini bentuk kewaspadaan warga jika sewaktu-waktu terjadi longsor," ujarnya. (OL-01) 



Senin, 03 Januari 2011

Evakuasi korban longsor di Dusun Mundon, Desa Tancep, Ngawen







KLATEN - Satu warga Dukuh Mundon, Desa Tancep, Kecamatan  Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tewas tertimbun longsor di rumahnya. Korban bernama Sugito (60), belum berhasil dievakuasi oleh petugas.

Kejadian bermula saat hujan deras mengguyur wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten sekira pukul 16.00 WIB. Akibatnya sebuah bukit diatas desa longsor.

Sebanyak dua rumah tertimbun material longsoran, satu rumah diantaranya bahkan sudah hilang tertimbun. Sugito yang saat itu berada pada salah satu rumah tidak sempat menyelamatkan diri saat material longsoran datang.

Camat Cawas, Priharsanto mengatakan Desa Mundon juga terkena dampak longsor, yaitu aliran lumpur yang cukup tinggi menggenangi wilayah desa. "Ada dua kepala keluarga yang tinggal di tempat rawan. Tapi sekarang sudah diungsikan," ujarnya, Minggu (2/1/2011) malam.

Saat ini tim gabungan dari SAR, Kesbangpolinmas, dan PMI serta masyarakat setempat masih berusaha mengevakuasi korban. Namun karena hujan yang terus mengguyur kegiatan tersebut sedikit terhambat.
(Nazarudin Latief/Koran SI/fer)

Minggu, 19 Desember 2010

Tsunami Mentawai : Rekaman Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Bencana

Bencana Tsunami di Kepulauan Mentawai memang cukup dahsyat. Hingga kini terhitung ada ratusan korban meninggal dan hilang. Bencana tsunami 25 Oktober 2010 ini di dahului dengan gempa bumi berkekuatan 7,7 MW (sesuai catatan USGS) pada pukul 21:42 waktu lokal.



Gempa bumi mentawai berpusat di 150 mil (240 km) sebelah barat Bengkulu. USGS awalnya melaporkan episentrum gempa bumi terjadi pada kedalaman 20.5 mil (33,0 km),tapi kemudian melaporkan bahwa kedalaman episentrum gempa pada kedalaman 8.8 mil (14,2 km) dan kemudian 12.8 mil (20,6 km). USGS juga awalnya memperkirakan magnitudo gempa 7,5 skala richter sebelum merevisi menjadi 7,7 skala richter.
Berikut adalah rekaman citra satelit sebelum dan sesudah bencana tsunami di Kepulauan Mentawai :
Before the tsunami (IKONOS image acquired on 23 Jul 2006)
After the tsunami (GEOEYE 1 image acquired on 28 Oct 2010)