Jumat, 22 Oktober 2010

Simulasi Evakuasi di Deles Indah Jelang Letusan Merapi.


TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Ribuan warga yang bermukim di lereng timur/tenggara gunung Merapi hingga Jumat (22/10), masih tenang dan beraktivitas seperti biasa meski level gunung paling aktif di dunia itu di level Siaga.



"Namun warga sangat waspada. Aktivitas berkebun, mencari rumput, berternak, dan tambang galian C (pasir dan batu) tetap berjalan," kata Indriarto, salah seorang anggota tim SAR Daerah Klaten ketika dihubungi dari Kota Yogya, Jumat (22/10/2010) sore.

Status Siaga yang berarti Merapi hanya perlu naik satu level lagi di tingkat Awas ketika fase erupsi terjadi memang telah mendorong semua elemen dan stake holder di Klaten bersiaga. "Kami berhimpun mengantisipasi erupsi Merapi," imbuh Indit, sapaan akrab alumni FH UNS yang kini bergiat mendampingi masyarakat menghadapi bencana alam ini.

"Hari ini kita lakukan pelatihan dan simulasi evakuasi melibatkan masyarakat di Deles. Koordinasi juga terus kami lakukan dengan BPPTK Yogyakarta, khususnya monitoring aktivitas Merapi sehingga bisa kami sampaikan langsung secara akurat ke masyarakat," ujar pria yang pernah malang melintang di dunia pertambangan ini.

"Ini penting karena warga kerap terkaget-kaget mendengar dan menyaksikan informasi di media elektronik," katanya sembari menyebutkan anggota SAR Daerah Klaten dan relawan ditempatkan bergiliran di beberapa lokasi yang kawasan rawan bahaya I.

Selain memantau Merapi, tim aktivis dan SAR Klaten terus memberi pendampingan kepada masyarakat, terutama terkait mitigasi bencana alam gempa bumi. Pilot project-nya ada di daerah Pesu, Kecamatan Wedi, Klaten, yang pernah dikoyak gempa hebat terusan gempa Yogya pada tahun 2006.(*)





TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tim Search and Rescue (SAR) Klaten dan aparat pemerintahan setempat terus meningkatkan kewaspadaan menyusul dinaikkannya status bahaya gunung Merapi dari tingkat "Waspada" menjadi "Siaga" sejak Kamis (21/10) petang. Level ini hanya satu tingkat di bawah puncak status ketika gunung itu mencapai fase erupsi (letusan).



Pada Jumat (22/10/2010) siang, satu tim terdiri SAR dan relawan mulai mendirikan pos pantau dan bantuan darurat di kawasan Deles Indah, Desa Sidorejom, Kecamatan Kemalang. Ini termasuk wilayah terdekat di lereng timur/tenggara gunung paling aktif di dunia yang berlokasi di tapal batas empat kabupaten di DIY dan Jateng itu.

"Kami bergerak ke Deles Indah siang ini bersama tim Pemkab Klaten. Ini sebagai antisipasi kemungkinan meletusnya Merapi yang levelnya naik jadi Siaga sejak Kamis. Hari ini kami gelar latihan dan simulasi evakuasi," kata Indriarto, salah seorang anggota tim SAR dan relawan bantuan bencana Klaten di Deles Indah ketika dihubungi Tribun dari Kota Yogya, Jumat siang.

Deles Indah merupakan salah satu obyek wisata alam di Klaten yang terletak di sekitar 25 km dari Kota Klaten. Daerah ini berketinggian antara 800-1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung Merapi sendiri memiliki ketinggian 2.968 mdpl. Gunung berjenis strato itu terakhir meletus tanggal 8 Juni 2006.

Pada pukul 09.03 WIB, kubah lava di bagian selatan/tenggara puncak gunung runtuh, dan Merapi meluncurkan awan panas ke hulu Kali Gendol. Letusan kedua terjadi hari itu pukul 09.40 WIB, menimbulkan luncuran awan panas sejauh 5 kilometer ke Kaliadem, membakar sebagian besar kawasan hutan wisata di Kabupaten Sleman.

Tercatat dua orang relawan bencana Merapi, Warjono dan Sudarwanto, tewas dalam peristiwa ini. Keduanya terpanggang saat menyelamatkan diri ke bunker beton Kaliadem, ketika awan panas bersuhu ratusan derajat Celsius, yang sering dijuluki "wedhus gembel", menyapu kawasan itu.(*)


Merapi Tak Pernah Ingkar Janji










Terhitung sejak pukul 18.00, Kamis, 21 Oktober 2010, Balai Penyelidikan 
dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta meningkatkan
status Gunung Merapi dari WASPADA ke SIAGA. (Semoga Merapi bisa diajak kompromi, biar tidak terjadi sesuatu yg tidak kita inginkan) Avignam Jagad Samagram...!!!



TEMPO Interaktif, Jakarta - Istana mengirim utusannya untuk bertemu Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi, tiga hari lalu.
"Terkait bencana, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, kearifan lokal juga penting. Semuanya harus kita lakukan untuk meminimalisir korban," ujar Staf Khusus Presiden untuk Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief
 via telepon, Jumat (22/10).
Andi mengutus dua stafnya menyambangi Mbah Maridjan untuk meminta pendapatnya tentang kondisi Merapi. Kuncen gunung tersebut saat itu mengatakan belum ada tanda-tanda Merapi bakal meletus.
Kemarin (21/10) Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta meningkatkan status gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu dari waspada ke siaga. Status naik menjadi lebih gawat akibat tingkat deformasi, gempa vulkanik, dan gas vulkanik meningkat signifikan dibanding beberapa hari sebelumnya.
Menurut Andi, rencana bertamu ke Mbah Maridjan itu telah dilaporkan sebelumnya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden meminta Mbah Maridjan mengutamakan keselamatan masyarakat.
"Kita tidak mau kejadian tahun 2006 terulang, saat tim ahli ribut dengan Mbah Maridjan, lalu ternyata ada gempa. Kita padukan ilmu dan sixth sense Mbah Maridjan," katanya.
Andi menegaskan komando tetap ada di Pusat Vulkanologi untuk menentukan status Merapi dan apakah masyarakat harus segera mengungsi. Jika bencana terjadi, ucapnya, saat tanggap darurat maka tim ahli beserta Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan pemerintahan daerah setempat akan menetapkan status bencana dan berapa lama tanggap darurat berlangsung.
Aparat Desa di lereng Merapi menyebutkan belum menerima peringatan resmi terkait peningkatan status Merapi dari waspada menjadi siaga, Jumat (22/10). Hingga saat ini, warga masih menjalankan aktivitas seperti biasa.Seberapa besar ya pemerintah sebagai pejabat negara yang katanya pintar2 percaya sama mbah maridjan...









Rabu, 20 Oktober 2010

Menulis Diatas Pasir...

Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, karena sesuatu sebab mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir; HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENAMPAR PIPIKU.

Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu; HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENYELAMATKAN NYAWAKU.

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?"

Temannya sambil tersenyum menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin."

Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik dengan suami /isteri, kekasih, adik / kakak, kolega, dll, karena sudut pandang yang berbeda. Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu.

Manfaat positif dari continuous relationship mungkin sekali jauh lebih besar ketimbang kekecewaan masa lalu. Nobody's perfect.
Belajarlah menulis di atas pasir.