Terhitung sejak pukul 18.00, Kamis, 21 Oktober 2010, Balai Penyelidikan
dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta meningkatkan
status Gunung Merapi dari WASPADA ke SIAGA. (Semoga Merapi bisa diajak kompromi, biar tidak terjadi sesuatu yg tidak kita inginkan) Avignam Jagad Samagram...!!!
TEMPO Interaktif, Jakarta - Istana mengirim utusannya untuk bertemu Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi, tiga hari lalu.
"Terkait bencana, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, kearifan lokal juga penting. Semuanya harus kita lakukan untuk meminimalisir korban," ujar Staf Khusus Presiden untuk Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief via telepon, Jumat (22/10).
Andi mengutus dua stafnya menyambangi Mbah Maridjan untuk meminta pendapatnya tentang kondisi Merapi. Kuncen gunung tersebut saat itu mengatakan belum ada tanda-tanda Merapi bakal meletus.
Kemarin (21/10) Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta meningkatkan status gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu dari waspada ke siaga. Status naik menjadi lebih gawat akibat tingkat deformasi, gempa vulkanik, dan gas vulkanik meningkat signifikan dibanding beberapa hari sebelumnya.
Menurut Andi, rencana bertamu ke Mbah Maridjan itu telah dilaporkan sebelumnya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden meminta Mbah Maridjan mengutamakan keselamatan masyarakat.
"Kita tidak mau kejadian tahun 2006 terulang, saat tim ahli ribut dengan Mbah Maridjan, lalu ternyata ada gempa. Kita padukan ilmu dan sixth sense Mbah Maridjan," katanya.
Andi menegaskan komando tetap ada di Pusat Vulkanologi untuk menentukan status Merapi dan apakah masyarakat harus segera mengungsi. Jika bencana terjadi, ucapnya, saat tanggap darurat maka tim ahli beserta Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan pemerintahan daerah setempat akan menetapkan status bencana dan berapa lama tanggap darurat berlangsung.
Aparat Desa di lereng Merapi menyebutkan belum menerima peringatan resmi terkait peningkatan status Merapi dari waspada menjadi siaga, Jumat (22/10). Hingga saat ini, warga masih menjalankan aktivitas seperti biasa.Seberapa besar ya pemerintah sebagai pejabat negara yang katanya pintar2 percaya sama mbah maridjan...
"Terkait bencana, selain ilmu pengetahuan dan teknologi, kearifan lokal juga penting. Semuanya harus kita lakukan untuk meminimalisir korban," ujar Staf Khusus Presiden untuk Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief via telepon, Jumat (22/10).
Andi mengutus dua stafnya menyambangi Mbah Maridjan untuk meminta pendapatnya tentang kondisi Merapi. Kuncen gunung tersebut saat itu mengatakan belum ada tanda-tanda Merapi bakal meletus.
Kemarin (21/10) Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta meningkatkan status gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu dari waspada ke siaga. Status naik menjadi lebih gawat akibat tingkat deformasi, gempa vulkanik, dan gas vulkanik meningkat signifikan dibanding beberapa hari sebelumnya.
Menurut Andi, rencana bertamu ke Mbah Maridjan itu telah dilaporkan sebelumnya kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden meminta Mbah Maridjan mengutamakan keselamatan masyarakat.
"Kita tidak mau kejadian tahun 2006 terulang, saat tim ahli ribut dengan Mbah Maridjan, lalu ternyata ada gempa. Kita padukan ilmu dan sixth sense Mbah Maridjan," katanya.
Andi menegaskan komando tetap ada di Pusat Vulkanologi untuk menentukan status Merapi dan apakah masyarakat harus segera mengungsi. Jika bencana terjadi, ucapnya, saat tanggap darurat maka tim ahli beserta Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan pemerintahan daerah setempat akan menetapkan status bencana dan berapa lama tanggap darurat berlangsung.
Aparat Desa di lereng Merapi menyebutkan belum menerima peringatan resmi terkait peningkatan status Merapi dari waspada menjadi siaga, Jumat (22/10). Hingga saat ini, warga masih menjalankan aktivitas seperti biasa.Seberapa besar ya pemerintah sebagai pejabat negara yang katanya pintar2 percaya sama mbah maridjan...