Minggu, 19 Desember 2010

Tsunami Mentawai : Rekaman Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Bencana

Bencana Tsunami di Kepulauan Mentawai memang cukup dahsyat. Hingga kini terhitung ada ratusan korban meninggal dan hilang. Bencana tsunami 25 Oktober 2010 ini di dahului dengan gempa bumi berkekuatan 7,7 MW (sesuai catatan USGS) pada pukul 21:42 waktu lokal.



Gempa bumi mentawai berpusat di 150 mil (240 km) sebelah barat Bengkulu. USGS awalnya melaporkan episentrum gempa bumi terjadi pada kedalaman 20.5 mil (33,0 km),tapi kemudian melaporkan bahwa kedalaman episentrum gempa pada kedalaman 8.8 mil (14,2 km) dan kemudian 12.8 mil (20,6 km). USGS juga awalnya memperkirakan magnitudo gempa 7,5 skala richter sebelum merevisi menjadi 7,7 skala richter.
Berikut adalah rekaman citra satelit sebelum dan sesudah bencana tsunami di Kepulauan Mentawai :
Before the tsunami (IKONOS image acquired on 23 Jul 2006)
After the tsunami (GEOEYE 1 image acquired on 28 Oct 2010)

Analisis Citra Satelit Dampak Kerusakan Letusan Gunung Merapi

Digital Globe telah merilis koleksi citra satelit rekaman letusan Gunung Merapi termasuk dengan analisis citra kerusakan sebagai dampak dari letusan tersebut. Analisis tersebut tersedia dalam format PDF 9 halaman yang bisa di download gratis. Contoh salah satu analisis tampak pada gambar di bawah ini.



Citra satelit yang di publish oleh Digital Globe tersebut memiliki tanggal rekam 11 November 2010.Tersedia pula overview infrared pada citra tersebut.  Selain itu, ada juga citra satelit sebelum letusan dengan tanggal rekam 6 September 2006. DigitalGlobe juga telah mengupload galeri citra satelit letusan Gunung Merapi di Flickr.



CRISP National University of Singapore juga telah mengupdate citra satelit pasca letusan Gunung Merapi dengan citra GeoEye-1 tanggal akuisisi 15 november 2010. Selain itu ada juga citra SPOT 5 dengan terrain view tanggal akuisisi 15 November 2010. Selengkapnya silahkan lihat DISINI.

Rekaman Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Letusan Gunung Merapi

Erupsi eksplosif Gunung Merapi terus terjadi hingga saat postingan ini dituliskan. Terakhir terjadi kemarin Rabu (3/11/2010) pukul 16.05, yang menghasilkan luncuran awan panas berskala lebih besar daripada letusan pertama, 26 Oktober lalu. Letusan diikuti perluasan radius bahaya dari yang semula 10 kilometer menjadi 15 km dari puncak Merapi.



Gunung Merapi adalah gunung yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.

Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur. Letusannya di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.
Letusan pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban puluhan jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. [wikipedia]
Berikut adalah rekaman citra satelit IKONOS sebelum letusan Gunung Merapi 7 Juli 2008 dan setelah letusan pada 28 Oktober 2010 :


Before the erruption (7 Jul 2008)



After the erruption (28 Oct 2010)

Senin, 13 Desember 2010

KEPUTUSAN PENURUNAN STATUS AKTIVITAS G. MERAPI DARI AWAS KE SIAGA PER 3 DESEMBER 2010


KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
BADAN GEOLOGI
JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122
JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950
Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371 Faksimile: 022-7216444, 021-5228372 E-mail: geologi@bgl.esdm.go.id


Nomor : 3120/45/BGL.V/2010 3 Desember 2010
Sifat : Penting
Lampiran : 1 berkas
H a l : Penurunan status aktivitas G. Merapi
dari Awas ke Siaga
Yang terhormat,
1. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Gubernur Jawa Tengah
4. Bupati Sleman
5. Bupati Magelang
6. Bupati Klaten
7. Bupati Boyolali

Bersama ini disampaikan dengan hormat hasil evaluasi data pemantauan aktivitas G. Merapi
hingga 2 Desember 2010, sebagai berikut:

I. Pendahuluan
Gunungapi Merapi merupakan gunungapi tipe strato, dengan ketinggian 2980 meter dari
permukaan laut (sebelum erupsi 2010). Secara geografis terletak pada posisi 7° 32.5’ Lintang Selatan dan 110° 26.5’ Bujur Timur, secara administratif terletak pada 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten.
Status aktivitas G. Merapi ditingkatkan dari Aktif Normal menjadi Waspada pada tanggal 20 September 2010, ditingkatkan menjadi Siaga pada 21 Oktober 2010 dan kemudian menjadi Awas pada 25 Oktober 2010 pukul 06:00 WIB. Erupsi pertama terjadi pada 26 Oktober 2010 pukul 17:02 WIB kemudian disusul dengan rangkaian erupsi lainnya dengan erupsi terbesar terjadi pada tanggal 5 November 2010.

II. Hasil Pemantauan
Berikut disajikan uraian singkat hasil pemantauan G. Merapi hingga tanggal 2 Desember
2010, meliputi data pemantuan secara instrumental dan visual.

1. Kegempaan
Berdasarkan data kegempaan (lampiran, gambar 1) dari berbagai stasiun seismik di sekitar G. Merapi, dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Terjadi penurunan jumlah dan energi gempa vulkanik.
 Terjadi penurunan gempa fasa banyak (multiphase / MP) yang menandakan penurunan aliran fluida
     (gas, uap dan magma).
 Terjadi penurunan jumlah kejadian guguran yang menandakan puncak G. Merapi menuju kestabilan atau
    tidak menunjukkan adanya deformasi yang signifikan.
 Terjadi penurunan amplituda dan kejadian tremor yang semula menerus, saat ini tidak lagi menerus.
 Terjadi penurunan kejadian awan panas, dengan demikian terjadi penurunan ancaman bahaya erupsi
     G. Merapi.
 Data RSAM (Real-time Seismic Amplitude Measurement) yang merupakan pencerminan energi getaran
     vulkanik menurun secara tajam (gambar 2). Hal ini menunjukkan adanya penurunan energi getaran yang
     berasal dari dinamika fluida (gas, uap dan magma).
 Spektrum tremor sebelum, pada saat dan setelah letusan (gambar 3) menunjukkan adanya variasi yang
    menuju ke kestabilan dinamika fluida. Dengan demikian, tekanan fluida menurun dan menuju ke arah stabil.

2. Deformasi
Deformasi tubuh G. Merapi dipantau secara instrumental dengan tiltmeter (alat ungkit) yang dipasang di Museum G. Merapi sekitar 8 km selatan G. Merapi (gambar 4).
Pada komponen radial, data sebelumnya menunjukkan adanya deflasi (penurunan) yang mencerminkan terjadinya pengempisan bagian puncak G. Merapi, kemudian data relatif datar yang menunjukkan kecenderungan stabil. Pada komponenn tangensial, data sebelumnya menunjukkan adanya inflasi (pengembungan) kemudian datar yang berarti tidak ada deformasi signifikan pada kantung magma bagian dalam.

3. Visual
Pemantauan visual dilakukan secara langsung dari pos pengamatan darurat di Ketep dan Manis Renggo dan pemantauan dengan CCTV (closed circuit televisi) di Kaliurang dan Deles. G. Merapi seringkali tertutup kabut, namun pada saat cuaca terang terpantau asap letusan dengan ketinggian kurang dari 500 meter dari kawah G. Merapi dengan tekanan lemah hingga sedang dan tertiup angin dominan ke arah barat.

4. Emisi Gas SO2
Pantauan emisi gas SO2 G. Merapi di udara dari Satelit OMI dan AIRS (gambar 5) menunjukkan tingkat emisi maksimum yang terjadi pada 6 November 2010 dengan massa sebesar 250-300 kiloton. Sejak saat itu emisi gas SO2 di udara berangsur menurun dan hingga saat ini emisi gas SO2 G. Merapi tidak lagi terdeteksi oleh satelit.

5. Bahaya Lahar Hujan
Volume endapan material erupsi G. Merapi tahun 2010 sekitar 150 juta m3 yang jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi berpotensi menyebabkan aliran lahar hujan yang dapat mengancam pemukiman penduduk serta masyarakat yang beraktivitas di bantaran sungai-sungai yang berhulu di Puncak G. Merapi. Secara umum, endapan lahar telah teramati di semua sungai yang berhulu di puncak G. Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, hingga Barat Laut, meliputi K. Woro, K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. Trising, dan K. Apu. Telah tercatat beberapa kejadian banjir lahar yang diantaranya menyebabkan kerusakan pada beberapa jembatan.

III. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi data pemantauan G. Merapi secara instrumental dan visual, disimpulkan bahwa aktivitas G. Merapi menunjukkan penurunan. Dengan menurunnya aktivitas tersebut, maka terhitung mulai tanggal 3 Desember 2010 pukul 09.00 WIB, status aktivitas G. Merapi diturunkan dari tingkat “AWAS” menjadi “SIAGA”. Dalam tingkat “SIAGA” masih berpotensi adanya ancaman bahaya primer berupa erupsi
dengan awanpanas dan lontaran material pijar. Perkiraan jika terjadi aliran awan panas akan mengarah ke sektor selatan meliputi K. Gendol, K. Kuning dan K. Boyong. Potensi bahaya sekunder berupa lahar hujan dapat terjadi di semua alur sungai yang berhulu di G. Merapi.

IV. Rekomendasi
Dengan penurunan status aktivitas G. Merapi menjadi “SIAGA”, kepada para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana G. Merapi direkomendasikan sebagai
berikut :

1. Tidak ada kegiatan di daerah Kawasan Rawan Bencana III G. Merapi (KRB sementara, terlampir) dalam radius 2.5 km dari puncak G. Merapi. Lebih khusus
pada KRB III sementara di wilayah Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Ngemplak dan Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.

2. Wilayah bahaya lahar berada pada jarak 300 meter dari bibir sungai yang berhulu di puncak G. Merapi meliputi K. Woro (Kab. Klaten), K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong (Kab. Sleman), K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. Trising (Kab. Magelang), dan K. Apu (Kab. Boyolali). Pada saat terjadi hujan di sekitar G. Merapi, guna mengurangi risiko bahaya lahar hujan, masyarakat tidak
melakukan kegiatan pada wilayah bahaya lahar tersebut.

3. Kerena banyak pemukiman penduduk yang terlanda awanpanas, maka pemerintah daerah agar melakukan penataan ruang ulang dengan mengacu pada Peta Kawasan Rawan Bencana G. Merapi yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

4. Jika terjadi peningkatan atau penurunan aktivitas G. Merapi maka status aktivitas G. Merapi akan dinaikkan atau diturunkan.

5. Masyarakat agar tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi G. Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan G. Merapi terdekat atau ke kantor BPPTK, Jalan Cendana No. 15, Yogyakarta, telefon: (0274) 514180.

6. Pemerintah daerah harap menyosialisasikan rekomendasi ini kepada masyarakat. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

a.n. Kepala Badan Geologi
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi
Dr. Surono
NIP. 19550708 198403 1 003
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
2. Kepala Badan Geologi
3. Sekretaris Badan Geologi
4. Direktur Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Bencana, KEMENDAGRI
5. Deputi I Menko Kesra Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial
6. Biro Hukum dan Humas, KESDM
7. Mabes TNI
8. Pusat Data dan Informasi, KESDM
9. Kepala Pusat Krisis, Kementerian Kesehatan
10. Badan Kesbanglinmas, Provinsi DIY
11. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Provinsi Jawa Tengah
5
LAMPIRAN



Gambar 1. Grafik kegempaan G. Merapi 1 Oktober – 2 Desember 2010






Gambar 2. Data RSAM kumulatif per hari, 12 Oktober – 2 Desember 2010






Gambar 3. Spektrum tremor G. Merapi dari Stasiun Seismik Plawangan





Gambar 4. Data tiltmeter komponen tangensial (atas) dan komponen radial (bawah)





Gambar 5. Emisi gas SO2 di udara berdasarkan data satelit OMI dan AIRS






Gambar 6. Peta Kawasan Rawan Bencana G. Merapi sementara



Sumber: BPPTK

Selasa, 07 Desember 2010

Polisi Tangkapi Pengungsi Merapi Usai Nonton Topik Pagi ANTV

TRIBUNNEWS.COM -- Sudah kehilangan rumah dan harta benda akibat letusan Gunung Merapi, masih harus menghadapi kenyataan anggota keluarganya ditahan polisi akibat tuduhan melakukan penjarahan. Itulah yang dialami Ny Wartinah, warga Singlar, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.

"Kami sekeluarga sudah tidak punya apa-apa lagi. Rumah sudah rata dengan tanah akibat Merapi, masih ditambah lagi suami saya ditahan di Polda DIY karena dituduh menjarah," ujar Ny Wartinah dengan suara bergetar menahan tangis, ketika ditemui di lokasi pengungsian, Dusun Surodinangan, Desa Jambitan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Sabtu (4/12/2010).

Sang suami, Nyoto Dorjosuwarno (49), bersama enam tetangganya, sudah 11 hari meringkuk di sel tahanan Polda DIY, sejak 24 November lalu. 

"Saya bingung memikirkan nasib keluarga selanjutnya. Saya tidak tahu lagi harus berbuat apa," kata Ny Wartinah.

Musibah itu bermula ketika 18 November lalu, Nyoto ikut melakukan kerja bakti di kampung halamannya yang terkena letusan Gunung Merapi. 

"Bersama sejumlah anggota TNI, Brimob, dan Tagana, kami membakar bangkai ternak yang sudah membusuk. Karena kehausan dan tidak ada minuman, kami membuka toko milik Pak Maridi. Saya ambil satu minuman ringan dalam gelas plastik merek Ale-ale," ujar Hengky Gunanto (17), seorang tersangka.

Hengky lebih beruntung dibandingkan tujuh tersangka lain. Pemuda lulusan SMP tersebut tidak ikut ditahan bersama tersangka lain karena dianggap masih belum dewasa. Menurut Hengky, orang-orang lain yang ikut kerja bakti ada yang mengambil minuman ringan sebagai pelapas dahaga dan lima bungkus makanan bernama slondok (terbuat dari tapioka), harga totalnya Rp 30 ribu.

Kebetulan saat itu ada wartawan sebuah televisi yang berkantor di Jakarta mengambil gambar ketika Nyoto Cs sedang mengambil makanan dan minuman di toko milik Maridi alias Rumi. 

"Wartawan itu menyuruh kami mengulang kejadian untuk diambil gambarnya. Karena tidak tahu maksudnya, kami menurut saja," kata Hengky.

Rupanya pengambilan gambar tersebut berlanjut dengan tayangan di televisi, Minggu, 21 November, dalam acara Topik Pagi di stasiun televisi ANTV. Narasi dalam tayangan itu menyebutkan terjadi aksi penjarahan terhadap rumah warga korban Merapi yang ditinggal mengungsi pemiliknya.

Tak pelak, dua hari kemudian jajaran Polda DIY melakukan serangkaian penangkapan terhadap orang-orang yang gambarnya muncul dalam tayangan tersebut. 

"Suami saya dijemput polisi sekitar pukul 02.00 WIB, 23 November. Katanya hanya mau dimintai keterangan terkait dengan sebuah berita di televisi. Ternyata sampai sekarang suami saya malah ditahan," kata Wartinah.

Sekitar dua jam kemudian ganti Hengky yang dijemput polisi. 

"Dalam pemeriksaan saya ditanya barang apa saja yang saya ambil," katanya.

Bantuan hukum

Selain Nyoto, Polda DIY menahan Sutrisno (30), Suparno (20), Muryadi (25), Eko Nugroho, Nuryanto (27), dan Agus Biantoro (19). Para tersangka itu semua warga Singklar, Desa Glagaharjo, Cangkringan, yang tak lain tetangga pemilik toko. Ny Wartinah baru sekali menjenguk Nyoto di tahanan. 

"Bapak pesan supaya tidak usah terlalu sering menjenguk karena nanti justru banyak keluar biaya. Namun saya tak tega dan tidak tenang berada di pengusian ini selama Bapak masih berada dalam tahanan," katanya.

Permintaan agar para tersangka bisa ditangguhkan penahanannya bukan tidak pernah dilakukan. "Atas saran Pak Suroto, Kepala Desa Glagaharjo, kami keluarga tersangka yang ditahan menandatangani surat permohonan penangguhan penahanan. Namun sampai sekarang tidak ada kabar beritanya," kata Ngatiman, kakak tersangka Suparno.

Nasib apes yang menimpa para tersangka baru terungkap ke permukaan ketika ada yang memberi informasi kepada Tim SAR Klaten, pimpinan Indriarto SH, Sabtu (4/12/2010). 

"Kami terkejut setelah mengetahui cerita dari keluarga tersangka dan Pak Maridi sebagai pemilik toko. Kasus ini mirip kisah Nenek Minah yang dituduh mencuri enam kakao dan orang yang dituduh mencuri dua semangka," kata Indriarto.

Tim SAR Klaten langsung memberi bantuan hukum kepada para tersangka dengan melibatkan advokat dari Klaten, Dina Nurmalawati SH. "Kami akan memberi bantuan hukum secara prodeo (cuma-cuma). Mereka ini kan korban Gunung Merapi yang sebagian besar di antaranya sudah tidak mempunyai apa-apa lagi," kata Dina. (*)

Polisi Lepas Pengungsi Merapi Tersangka Penjarah Minuman Ringan



TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARATA
 - “Alhamdulillah,” ucap seorang warga Dusun Singlar, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, saat keluar dari sel Polda DIY, Senin (6/12/2010) pukul 18.10 WIB. Laki-laki itu salah seorang dari tujuh warga yang disangka melakukan penjarahan, dan sudah 16 hari mendekam di tahanan.

Bersama enam tersangka lainnya, mereka satu per satu menyalami penyidik sembari mengucapkan terimakasih. Ketujuh warga Dusun Singlar itu akhirnya menghirup "kebebasan" setelah pengajuan penangguhan penahanan mereka dikabulkan penyidik Polda DIY.

Dirjo Suwarno alias Nyoto (49), tersangka yang paling tua usianya langsung memeluk saudaranya yang menjemputnya di lantai 3 gedung Reskrim Polda DIY. Suasana haru terlihat dari wajah terdakwa dan keluarga setelah keluar dari sel.

Penyidik menyalami dan mengucapkan “Jangan diulangi lagi ya!” kepada semua tersangka. Tak lama ketujuh tersangka ini langsung menuruni anak tangga lalu masuk mobil.

Segenap keluarga tersangka memang telah mempersiapkan kendaraan untuk menjemput ke Polda DIY. Mereka datang menjemput didampingi Tim SAR Klaten dan dua orang advokat yang siap memberi pendampingan hukum kepada mereka.

Keluarga tersangka sebelumnya telah dihubungi Lurah Glagaharjo Suroto untuk menjemput para terdakwa petang ini. Upaya penangguhan penahanan mereka diajukan Lurah Glagaharjo sekitar pukul 14.00 WIB.

Ditemui di sel tahanan dua jam sebelum ‘dibebaskan’, Nyoto mengaku belum pernah dipertemukan dengan pemilik warung. “Saya hanya ikut-ikutan, tapi kejadian ini menjadi pelajaran berharga,” katanya.(*)

Senin, 06 Desember 2010

Lahar dingin terus mengancam




Klaten (Espos)--Warga sekitar Kali Woro, Kecamatan Kemalang, Klaten tetap diminta waspada lantaran aliran lahar dingin dimungkinkan terus terjadi jika hujan mengguyur. Hingga Minggu (5/12), lahar dingin di alur Kali Woro menjangkau kawasan Gemblong, Desa Kendalsari yang berjarak 10 kilometer lebih dari puncak gunung.
Camat Kemalang, Suradi, saat dihubungi, mengatakan, pemantauan dilakukan setiap saat untuk mengetahui perkembangan aliran lahar dingin. ”Sekitar jembatan Kendalsari peres, jaga-jaga jangan sampai meluap,” ungkapnya. Menurutnya, jarak aman 300 meter dari
Kali Woro tetap diberlakukan dan warga diimbau mematuhinya.
Dikatakan Suradi, warga yang semula mengungsi sudah kembali ke Kemalang, kecuali warga enam dusun di Balerante yang rumahnya diterjang wedus gembel. Meski demikian, ungkapnya, sebagian warga masih merasa trauma sehingga saat malam hari mereka memilih menumpang tidur di rumah warga lain yang jaraknya lebih jauh dari puncak Merapi.
Sementara, Komandan SAR Klaten, Pandu Wirabangsa mengatakan, personel SAR masih disiagakan di kawasan rawan bencana (KRB) hingga masa tanggap darurat berakhir. ”Fungsinya saat ini lebih ke patroli dan membantu warga yang kembali ke rumahnya,” jelasnya. Dia menuturkan, situasi terkendali meskipun sesekali masih terlihat luncuran material dari puncak.
Komandan Satgas Korps Marinir Pasmar I, Letkol Andi Abdullah MTS mengatakan pasukannya yang bermarkas di lapangan Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Klaten belum ditarik ke markas di Surabaya. ”Selama belum ada perintah, tugas tetap berjalan seperti biasa,” jelasnya. Menurutnya, sejak dikirim ke Klaten 6 November lalu, Marinir bergerak membantu pengungsi.
Selain mengevakuasi, pasukan juga mendirikan sekolah lapangan, tim kesehatan dan menjaga zona rawan setiap hari. Meski status berubah, 366 anggotanya masih akan bersiaga di wilayah Klaten tetapi tugas difokuskan membantu penanganan pembersihan di lokasi bencana.

Sabtu, 04 Desember 2010

Pasmar-1 Bersama Pemkab Klaten Gelar Bakti Sosial

suarasurabaya.net| Dampak erupsi Gunung Merapi yang mengakibatkan kerusakan begitu parah, pemukiman, lahan pertanian serta hewan ternak yang menjadi sumber mata pencaharian warga yang tinggal di daerah rawan bahaya Merapi menimbulkan rasa empati masyarakat luas.

Pun demikian pemerintah pusat, dan daerah yang bekerja sama dengan instansi swasta serta seluruh lapisan masarakat saling bekerja sama untuk meringankan beban penderitaan warga korban dari erupsi Gunung Merapi secara materi, tenaga dan lainnya.

Penanganan pengungsi dan kerusakan-kerusakan lain yang timbul akibat erupsi Merapi di lakukan secara terprogram dan terencana dengan melibatkan semua Instansi sipil dan militer serta para relawan sampai status Merapi di nyatakan aman.

Pemerintah Kabupaten Klaten bekerja sama SSY 1 Marinir Satgas PB Merapi Jum’at ( 03/12 ) melakukan Bhakti Sosial di Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabuten Klaten, Jawa Tengah. Kegiatan ini merupakan satu diantara upaya untuk membantu korban bencana erupsi Gunung Merapi disamping program-program lain yang sudah dan akan di laksanakan.

Sekitar 700 pegawai dari berbagai Dinas di tiap Kecamatan yang di koordinir oleh Pemerintah Kabuten Klaten dibantu SSY 1 Marinir Satgas PB Merapi, Jumat (03/12) melakukan pembersihan rumah-rumah warga dan membuka layanan kesehatan di kantor Kelurahan Balerante.

Tiap kecamatan, seperti dirilis dalam siaran pers yang disampaikan untuk suarasurabaya.net, Jumat (03/12) di bagi menjadi tiap sektor-sektor untuk membantu masyarakat warga membersihkan rumah dan jalan dari debu vulkanik yang sudah mengendap serta ranting-ranting pohon yang menghalangi jalan.(tok)