Selasa, 30 November 2010


Cetak PDF
Print Berita Ini

+

Ini Bukan tempat Wisata! Ini Lokasi Bencana

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - “INI bukan tempat wisata! Ini bencana,” teriak seorang personel SAR Yogyakarta berkali – kali. Dia menghimbau warga yang memenuhi Jembatan Gondolayu, Kotabaru, Yogyakarta, Senin (29/11), meninggalkan tempat itu.

Banjir lahar dingin telah menarik perhatian pemakai jalan yang kebetulan melintas di jembatan tersebut. Mereka berjajar di pinggir jembatan untuk menyaksikan air yang mengalir deras dan merendam beberapa rumah penduduk di bantaran Kali Code.

“Penasaran, seperti apa banjirnya,” ungkap Ari (19) yang sengaja datang untuk menyaksikan banjir lahar dingin tersebut.

Sementara itu, warga bantaran Kali Code kawasan Gondolayu, kini mengungsi ke JEC (Jogja Expo Center). “Saya diberitahu Pak RT bahwa akan ada banjir lahar dingin, kemudian jam 17.30 saya mengungsi di gedung JEC,” kata Samiyem (60), warga setempat.

Sedangkan Dwi (26), warga Gondolayu, mengaku kaget dengan lahar yang dating tiba-tiba dan debitnya cukup besar. “Sebelumnya saya sempat mendengar suara gemuruh, kemudian air datang begitu deras,” tambah Dwi.

Samiyem, Dewi dan sejumlah warga Gondolayu lainnya mengaku tidak sempat membawa barang berharga saat meninggalkan rumahnya. “Kami hanya membawa surat dan ijazah,” kata Dwi yang dibenarkan warga lainnya.

Lahar Dingin Luapkan Kali Code, Yogyakarta Terbelah

YOGYAKARTA--MICOM:Sungai Code, yang membelah Kota Yogyakarta, banjir besar. Untuk menghindari kemungkinan yang buruk, sejumlah jembatan ditutup dari seluruh lalu lintas. 

Akibatnya, Kota Yogyakarta seperti terbelah, Yogya Barat dan Yogya Timur. Yang ditutup itu antara lain Jembatan Gemawang menghubungkan Dusun Pogung Lor, Kecamatan Depok, dengan Kecamatan Mlati, Jembatan Wreksodiningrat menghubungkan UGM dengan Jalan Monjali, Jembatan Sardjito menghubungkan UGM selatan dengan Jetis, dan sejumlah jembatan lainnya di Kota Yogyakarta. 

Bagian atas Sungai Code disebut Sungai Boyong yang berhulu di kawasan puncak Gunung Merapi. Banjir besar yang melanda kali ini merupakan yang kedua kalinya dalam dua hari terakhir. 

Aliran sungai yang berwarna cokelat pekat juga mengeluarkan bau sulfur atau belerang yang cukup menyengat serta bau seperti bara arang yang disiram air. 

Salah satu pemantau sungai pada Sub Dinas Pengairan Provinsi DIY Sutrisno mengatakan, banjir Sungai Code ini dilaporkan mulai terjadi pada pukul 17.15 WIB. Aliran air yang membawa material vulkanik ini langsung menerjang bantaran sungai ini. 

Secara terpisah Kepala Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta Eko Suryo mengatakan, akibat banjir itu, sedikitnya 500 warga di wilayah Jambu, Cokrodirjan, dan Jogoyudan dievakuasi. "Rumah mereka terendam banjir," ujarnya. 

Akibat banjir itu, beberapa tebing sungai ambrol. Namun, seberapa kepastiannya, masih dalam penghitungan. "Tim sudah diterjunkan untuk memantau kondisi," katanya. 

Tak hanya dipenuhi material vukanik, banjir lahar dingin yang meluap di sepanjang Kali Code juga menyebabkan tiga warga RT 10, Jogoyudan, terjebak di atas genteng rumah miliknya. (OL-5)

Senin, 29 November 2010

RADIUS 2,5 KM HARUS STERIL DAN TERTUTUP

Perkembangan Aktivitas Gunung Bromo, Probolinggo

KANTOR SAR SURABAYA --- Sehubungan ditetapkannya status Gunung  Bromo menjadi “AWAS”, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung menghimbau masyarakat di sekitar tetap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang letusan gunung tersebut.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, PVMBG selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (BPBD) dan Pemerintah Kabupaten Probolinggo (selaku SATLAK PB)tentang perkembangan dan aktivitas Gunung Bromo.
Guna mengurangi resiko bencana erupsi, masyarakat dan pengujung, wisatawan atau pendaki tidak diperbolehkan mendekati dalam radius 3 km dari kawah aktif. Area kaldera lautan pasir dalam radius 2,5 km dari kawah aktif harus steril dan tertutup dari aktifitas masyarakat dan wisata.
Pemerintah daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Cemoro Lawang, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo atau langsung ke PVMBG di Bandung.
Sementara itu Kantor SAR Surabaya sendiri terus mengaktifkan koordinasi dengan organisasi dan lembaga berpotensi SAR di Kabupaten/ Kota Malang, Lumajang, Pasuruhan dan Probolinggo sendiri. Menurut Humas Kantor SAR Surabaya, pantauan hingga Kamis siang (pkl. 13.00 WIB), gempa tremor sudah menurun, asap sulvatara yang keluar semakin tipis, serta gemuruh dari dalam gunung semakin tidak terdengar.
Karakter Gunung Bromo

Gunung  Bromo sendiri secara geografis berada pada posisi 7° 56’ 30” LS - an 112° 37’ 00” BT dengan tinggi puncaknya 2329 meter dari permukaan laut. Sedangkan secara administratif terletak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.
Kegiatan G. Bromo umumnya dicirikan oleh hembusan asap kawah berwarna putih tipis sampai putih tebal, tekanan lemah dengan ketinggian berkisar antara 75 - 150 meter dari puncak, bau belerang tercium tajam.
Pada tanggal 22 – 23 November 2010, teramati hembusan asap berwarna putih sedang – putih tebal, dengan tekanan kuat tinggi 250 meter di atas bibir kawah, condong ke arah utara.
Aktivitas letusan Gunung  Bromo tahun 2004 berlangsung singkat dengan karakter letusan freatik dan ciri-ciri awal yang kurang jelas. Ciri aktivitas dan resiko erupsi bencana Gunung Bromo antara lain, hembusan asap berwarna putih tipis tekanan lemah, tinggi 100 – 150 meter di atas bibir kawah, condong ke arah utara. Gunung ini berpotensi letusan freatik yang tiba-tiba. Di sisi lain keindahannya itu menarik kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara. (humas Kansar Surabaya)


Foto : humas Kantor SAR Surabaya
Sumber: BASARNAS

HUJAN DI PUNCAK MERAPI, KALI CODE MELUAP

KANTOR SAR SEMARANG --- Hujan di sekitar puncak Merapi Senin siang hingga sore tadi (29/11) menyebabkan Kali Code Jogjakarta meluap. Perkampungan di kanan-kiri
sungai yang pernah ditata budayawan YB Mangunwijaya itu sudah mulai dirambah aliran air. Sejauh ini Tim SAR melakukan persuasi dan berusaha mengevakuasi warga, mengantisipasi luapan air semakin tinggi. Menurut Arief Rahman, rescuer Basarnas di lokasi, sebelah timur perempatan Tugu Jogjakarta, upaya persuasi itu menemui kendala, ketika warga menolak dievakuasi. Namun demikian, beberapa warga lain dengan kesadarannya sendiri mulai melakukan persiapan.

''Ketinggian air perlahan terus naik. Tim SAR sudah siaga di lokasi dan terus melakukan pemantauan serta persuasi agar warga mau dievakuasi,'' ujar Rakmat, S.Kom, Kepala Sub Direktorat Pengerahan Potensi dan Pengendalian Operasi Badan SAR Nasional, selaku Staf Asisten Operasi SAR Coordinator di lokasi musibah. Sumber: BASARNAS

Jumat, 26 November 2010

Jaminan Hidup Pengungsi Merapi Dibutuhkan Pascatanggap Darurat

KLATEN--MICOM:Jaminan hidup tetap dibutuhkan oleh pengungsi yang tinggal di hunian sementara pascatanggap darurat bencana Merapi. 

Selain pemenuhan sarana air bersih dan pelayanan kesehatan, kegiatan belajar mengajar juga dibutuhkan di lokasi tersebut. 

Hal itu dikemukakan Bupati Klaten Sunarno saat rapat dengan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Muarif di Ruang B-1 Sekretariat Daerah Klaten, Jawa Tengah, Kamis (25/11). Rapat membahas masalah penanganan pengungsi korban Merapi. 

Kebutuhan lain pascatanggap darurat bencana yang tidak kalah penting, ujarnya, adalah menunjang pendapatan masyarakat dengan program padat karya, penguatan modal kerja, bantuan bibit ternak, serta sarana produksi pertanian untuk petani dan penghijauan. 

Memasuki masa transisi saat ini, lanjutnya, hunian sementara segera dibangun di Bumi Perkemahan Kepurun, Kecamatan Manisrenggo, untuk 167 keluarga asal Desa Balerante, Kecamatan Kemalang. Lokasi hunian sementara itu akan dilengkapi kandang ternak. 

Sementara itu, Ketua BNPB Syamsul Muarif mengingatkan agar warga di desa bahaya letusan Merapi juga ikut dipikirkan, selain warga yang rumahnya tidak dapat ditempati lagi akibat awan panas dan debu vulkanis Merapi. (OL-01) 

Intensitas Erupsi Menurun, Status Merapi Tetap Awas


TEMPO InteraktifYogyakarta - Meskipun erupsi Gunung Merapi cenderung menurun, namun statusnya tetap pada level awas. Sebab, aktivitas seperti gempa vulkanik, gempa multiphase, gempa tremor, dan guguran lava, masih terjadi.

“Aktivitas Merapi turun meskipun tidak signifikan, masih terjadi erupsi meskipun intensitasnya juga berkurang. Tetapi masih ada aktivitas vulkanik berupa kegempaan,” kata Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Rabu (24/11).

Catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, menyebutkan, selama dua hari tidak terjadi luncuran awan panas. Wedhus gembel, sebutan awan panas itu terakhir meluncur pada Senin (22/11) sebanyak lima kali.
Sedangkan gempa vulkanik terjadi 17 kali, gempa multiphase 49 kali, gempa tremor beruntun guguran 20 kali dan gempa tektonik satu kali. Pada Selasa (23/11) terjadi gempa vulkanik 17 kali, gempa multiphase 41 kali, gempa tremor beruntun, gempa tektonik tiga kali. Sedangkan pada Rabu (24/11) hingga pukul 06.00 WIB terjadi gempa vulkanik empat kali, gempa multiphase 11 kali, gempa tremor yang menandakan pergerakan magma terjadi beruntun, guguran sebanyak enam kali dan gempa tektonik lima kali.

Pemantuan secara visual, kabut dan mendung mendominasi visual di semua pos pemantauan Gunung Merapi sejak dini hiri hingga pagi hari. Saat cuaca cerah, teramati asap berwarna putih hingga kecoklatan bertekanan lemah setinggi 300 meter condong ke barat laut. Asap tinggi 200 meter condong ke barat laut terekam di CCTV Deles dan Museum Gunung Merapi di Kaliurang.

Ancaman sekunder akibat erupsi Merapi saat ini adalah terjadinya banjir lahar dingin. Tidak hanya lahar dingin yang berada di sungai-sungai yang berhulu di Merapi, tetapi perkampungan yang berada di bawah lereng Merapi. Sebab material yang dimuntahkan sebanyak 140 juta meter kubik meyebar ke segala arah dan memenuhi lereng. Sungai-sungai, seperti Kali Gendol, Kali Opak, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Krasak yang berada di lereng Merapi sudah penuh material.

“Dengan data kegempaan serta pengamatan visual seperti itu, status Merapi tetap awas, bahaya primer berupa awan panas dan bahaya sekunder banjir lahar dingin,” kata Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta.

Gempa Guguran Merapi Masih Tinggi









YOGYAKARTA--Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melaporkan aktivitas Gunung Merapi masih memperlihatkan gempa guguran cukup tinggi, yakni 21 kali. Sedangkan sehari sebelumnya hanya 18 kali.

Sementara itu, gempa vulkanik terjadi 11 kali sejak pukul 00:00 hingga 18:00 WIB, Kamis (25/11). Sedangkan gempa tremor masih terus beruntun selama tiga hari terakhir. Hasil pemantauan visual dari seluruh pos pengamatan melaporkan Gunung Merapi tertutup kabut dan mendung sejak dini hari hingga sore hari. Terjadi hujan dengan intensitas rendah hingga tinggi di Ketep pada pukul 11:36 WIB dan 15:15 WIB, 13:37 di Kaliurang.

Saat cuaca cerah, teramati asap putih tebal hingga putih kecoklatan dengan tinggi 100 m bertekanan lemah hingga sedang condong ke Barat Daya. CCTV Deles dan Museum merekam kabut sejak dini hari hingga siang hari. Hujan dengan intensitas rendah terekam pukul 11:30 dan 16:45 WIB dari CCTV Museum.

Secara umum, endapan lahar telah teramati di semua sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, hingga Barat Laut, meliputi Kali Woro, Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, Sat, Lamat, Senowo, Tringsing dan Apu.

Sehubungan masih ditetapkannya Status Awas, penduduk tidak diperkenankan beraktivitas di sekitar alur sungai guna menghindari ancaman bahaya awan panas dan lahar. Ancaman bahaya lahar ada di wilayah yang berada pada jarak 300 meter dari bibir semua sungai.

Masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh oleh isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas Gunung Merapi. Masyarakat di sekitar Gunung Merapi diminta agar senantiasa mengikuti arahan dari Pemerintah Kabupaten setempat dalam upaya penyelamatan diri dari ancaman bahaya erupsi Merapi. Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan landaan awanpanas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat. republika

Pengungsi Merapi di Klaten Masih 10.556 Jiwa

KLATEN--MICOM: Jumlah pengungsi bencana Merapi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, hingga masa tanggap darurat bencana berakhir pada Rabu (24/11) masih tercacat sebanyak 10.556 jiwa. 

Sebagian besar dari jumlah itu berada di barak Komando Pendidikan dan Latihan Tempur (Dodiklatpur) Klaten dan di beberapa titik pengungsian di wilayah kecamatan. 

Data pengungsi sebanyak itu, kata Koordinator Posko Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) Klaten Joko Rukminto, bukan seluruhnya warga Kabupaten Klaten. Tetapi juga warga dari Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) , yang berjumlah sekitar 500 orang. Mereka ditampung di pos-pos pengungsian di Kecamatan Prambanan. 

Ketika terjadi erupsi Merapi pada 5 November lalu, ribuan warga Kabupaten Sleman, DIY, dan Boyolali, Jawa Tengah, mengungsi di Kabupaten Klaten, terutama di Kecamatanan Prambanan dan Jatinom. Satlak PB Klaten mencacat jumlah pengungsi pada 11 November lalu pernah mencapai 113.228 jiwa yang tersebar di 284 titik pengungsian di 24 kecamatan. 

Untuk pengungsi asal Sleman, lanjut Joko, sudah dikoordinasikan dengan pemerintah daerah bersangkutan, terutama yang menyangkut penanganan pascamasa tanggap darurat pada 24 November. "Tapi, dari pemberitahuan lewat telepon, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang masa tanggap darurat 14 hari," imbuhnya. (OL-01) 

Pemusnahan Bangkai Ternak Tuntas selama Tanggap Darurat

YOGYAKARTA--MICOM:Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman Riyadi Martoyo berharap, pelaksanaan pemusnahan bangkai ternak akibat erupsi Gunung Merapi dapat diselesaikan selama masa tanggap darurat yang ditetapkan berlangsung hingga 9 Desember.

"Kami berharap, pemusnahan bangkai ternak dengan jalan pembakaran ini bisa diselesaikan sebelum masa tanggap darurat berakhir," kata Riyadi di Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Yogyakarta, Kamis (25/11).  Â Ã‚ 

Menurut dia, pemusnahan bangkai ternak dengan jalan pembakaran merupakan jalan terbaik untuk mengeliminasi dampak negatif dari banyaknya ternak yang mati terkena erupsi Merapi sejak 26 Oktober lalu, karena seluruh kuman yang melekat di bangkai akan mati.

Sejumlah dampak negatif dari banyaknya bangkai ternak tersebut di antaranya adalah bau menyengat yang ditimbulkan, banyaknya lalat yang mengerubungi bangkai ternak serta penyakit-penyakit lain yang mungkin ditimbulkan.

Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, jumlah ternak khususnya sapi yang mati akibat terkena erupsi Gunung Merapi di wilayah tersebut adalah sebanyak 2.445 ekor.

"Sejak tiga hari lalu, kami dibantu lembaga swadaya masyarakat, BNPB dan juga tentara serta masyarakat dapat melakukan pembakaran sebanyak 221 bangkai sapi di Desa Umbulharjo dan 17 ekor bangkai sapi di Desa Kepuharjo," paparnya.

Namun demikian, lanjut dia, tidak semua sapi yang mati akibat erupsi Gunung Merapi tersebut akan dimusnahkan dengan jalan dibakar karena sebagian besar sapi juga ada yang telah tertimbun material vulkanik. Ia mengatakan, petugas menemui sejumlah kendala dalam proses pembakaran bangkai ternak yang ditemui di lapanga,n di antaranya adalah sulitnya medan seperti banyaknya pohon yang roboh atau sapi tertimpa bangunan kandang yang rusak serta masih tidak menentunya aktivitas Gunung Merapi.

Sementara itu, Tim Kerja Penanganan Kesehatan Ternak Korban Merapi Ida Tjahajati mengatakan, bangkai-bangkai ternak yang dibakar tersebut terkadang tidak seluruhnya habis terbakar.

"Karenanya bangkai yang tidak habis terbakar tersebut perlu diberi probiotik untuk mempercepat proses pembusukan," ujar Ida menjelaskan.

Probiotik, adalah sejenis bakteri yang mampu mempercepat proses pembusukan dan menghilangkan bau busuk dari bangkai. Tanpa dibantu dengan pembakaran, lanjut dia, waktu yang dibutuhkan untuk membusukkan bangkai ternak secara alami adalah lebih dari empat pekan, namun dengan bantuan bakteri probiotik maka pembusukan akan lebih singkat yaitu sekitar satu pekan.

Namun demikian, Ida mengatakan, agar seluruh proses pemusnahan bangkai ternak ini dapat berjalan dengan cepat maka diperlukan koordinasi dari semua pihak yaitu berpartisipasi dalam melaksanakan pembakaran bangkai ternak.

"Jika ditemukan bangkai sapi, bisa langsung dibakar untuk kemudian melaporkan pembakaran tersebut kepada pihak terkait, sehingga proses pemusnahan bisa berlangsung cepat," ucapnya.  Selain di Kabupaten Sleman, lanjut dia, di Kabupaten Klaten khususnya di wilayah Balerante juga telah dilakukan pembakaran bangkai ternak sekitar 300 ekor. Di Klaten, jumlah sapi yang dilaporkan mati akibat letusan Gunung Merapi berjumlah 357 ekor, di Kabupaten Magelang 16 ekor dan di Kabupaten Boyolali sebanyak 66 ekor. (Ant/OL-2) 

Masa Tanggap Darurat Merapi Berakhir Awal Desember

Yogyakarta - Hingga saat ini, Gunung Merapi masih berstatus awas, yang berarti masih memiliki potensi bahaya. Dari hasil pemantauan, maka masa tanggap darurat Merapi diperpanjang hingga awal Desember mendatang.

"Perpanjangan masa tanggap darurat akan berakhir pada tanggal 8 atau 9 Desember 2010 yang berupa surat keputusan dari Gubernur Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta," ujar Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Syamsul Maarif saat memberikan penjelasannya kepada wartawan di Media Center, Jl Kenari, Yogyakarta, Kamis (25/11/2010).

Hingga saat ini, walaupun jarak aman di sekitar merapi telah diturunkan, BNPB mencatat masih terdapat 109.879 ribu jiwa yang masih tinggal di pengungsian. Dari jumlah pengungsi tersebut, masih terdapat 707 titik tempat pengungsian di Yogyakarta dan Jawa tengah.

Di sisi lain, material merapi yang sudah dikeluarkan saat ini mencapai lebih dari 140 juta m3, untuk itu diperkirakan semua sungai yang berhulu di puncak merapi tidak akan mampu menampung semua aliran material merapi. Dari hasil informasi yang diterima BNPB, telah terjadi penyimpangan aliran sungai akibat tekanan lahar di desa Dukun.

"Menanggapi menyimpangnya aliran sungai di desa dukun, kemarin malam telah dilakukan pengambilan alat-alat dari dinas PU setempat untuk memperbaiki saluran air dan tanggul agar tidak terjadi bencana sekunder," kata Syamsul.

Untuk sekarang ini, BNPB bersama dinas setempat sedang mengutamakan pembangunan hunian sementara bagi masyarakat sekitar lereng merapi yang sudah tidak memiliki tempat tinggal dan pekerjaan.

"Saat ini BNPB bersama dinas terkait sedang merancang hunian sementara dan case for work untuk menyelamatkan aset lapangan pekerjaan yaitu kebun salak yang ada di Jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta," ungkapnya.

Pembuatan hunian sementara dilakukan sebagai masa transisi dari Tanggap darurat ke masa Rehabilitasi dan renkostruksi. Sampai saat ini belum ada keputusan untuk relokasi pengungsi karena mempertimbangan beberapa prinsip.

"Prinsip-prinsip relokasi pengungsi adalah menjauhkan masyarakat dari bencana dan juga mempertimabangkan keinginan dari masyarakat luas yaitu tempat yang aman dari bencana," kata Ketua BNPB.

BNPB bersama bupati-bupati di setiap daerah setiap sore selalu mengadakan rapat koordinasi terkait penanganan bencana Merapi. Oleh karena itu, BNPB tidak pernah mengambil keputusan tanpa mendapat bantuan dari daerah-daerah yang terkena dampak bencana.



Sumber

Kamis, 25 November 2010

Jarak Kediri-Sleman Ditempuh 20 Hari


SLEMAN, KOMPAS.com - Din Setyaningrum (40), ibu rumah tangga asal Kediri, Jatim dan pendukung kesebelasan Persik Kediri, berjalan kaki dari Kediri menunju Stadion Maguwoharjo, Sleman, DIY, untuk menggalang bantuan korban letusan Merapi.
Ibu rumah tangga yang tinggal di Perumahan Permata Hijau Blok L No.5, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur ini berangkat dari halaman Balai Kota Kediri pada 10 November dengan dilepas langsung Wakil Walikota Kediri Abdulah Abubakar dan tiba di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Kamis (25/11/2010) siang sekitar pukul 11.30 WIB.
Saat memasuki Stadion Maguwoharjo, Din Setyaningrum yang dikawal kelompok suporter PSS Slemania ini langsung disambut kelompok kesenian Jaranan Wahyu Krida Budaya, yang juga datang dari Kota Kediri untuk menghibur para pengungsi.
Setyaningrum langsung diterima Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sleman Kriswanto yang langsung memeluknya serta disambut tepuk tangan dari ribuan pengungsi yang ada di Stadion Maguwoharjo.
"Selama berjalan, saya berhasil menghimpun dana dari masyarakat mulai dari Kediri sampai Klaten dengan total lebih dari Rp 2 juta," kata Din Setyaningrum.
Dana yang terkumpul tersebut langsung diserahkan kepada para pengungsi melalui Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sleman.
"Hanya ini yang bisa kami lakukan, kami juga ingin ikut merasakan penderitaan saudara-saudara kami yang menjadi korban bencana letusan Gunung Merapi. Kami harapkan saudara-saudaraku pengungsi dapat segera melupakan kejadian yang membuat kita semua berduka dan segera bangkit penuh semangat untuk memulai hidup baru," kata Din Setyaningrum terbata-bata sambil sesekali mengusap air matanya.
Ungkapan tulus dari Din Setyaningrum ini juga membuat semua yang hadir dalam penyambutan tersebut tampak tak kuasa membendung air mata.
Bahkan Kriswanto dan sebagian besar pengungsi maupun masyarakat yang berada di sisi utara timur Stadion Maguwoharjo tersebut menitikkan air mata.
"Saya sungguh berterimakasih dan sama sekali tidak mengira bahwa sambutan dari warga Sleman sedermikian besar, sungguh dari hati saya hanya ingin ikut merasakan penderitaan saudara-saudara yang harus mengungsi akibat bencana, saya juga mohon maaf jika dana yang terkumpul selama dalam perjalanan ini jumlahnya tidak seberapa, namun yang jelas hanya ini yang bisa saya lakukan," kata Din Setyaningrum.
Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sleman Kriswanto dalam kesempatan tersebut mengucapkan terimakasih yang sedemikian besar atas kepedulian yang luar biasa dari Din Setyaningrum ini.
"Sungguh ini sangat luar biasa, semoga ini dapat menggugah semangat para pengungsi untuk segera bangkit kembali," katanya.



Kompas

Senin, 22 November 2010

LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TANGGAL 21 NOVEMBER 2010 PUKUL 17.59 WIB

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
BADAN GEOLOGI
JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122
JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950
Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371 Faksimile: 022-7216444, 021-5228372 E-mail: geologi@bgl.esdm.go.id


Nomor : 2387/45/BGL.V/2010 21 November 2010
Sifat : Segera
Lampiran : -
Hal : Laporan Aktivitas G. Merapi 21 November 2010 pukul 00:00-18:00 WIB
Yang terhormat,
1. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Gubernur Jawa Tengah
4. Bupati Sleman
5. Bupati Magelang
6. Bupati Klaten
7. Bupati Boyolali

Bersama ini disampaikan laporan aktivitas G. Merapi tanggal 21 November 2010 pukul 00:00
sampai dengan pukul 18:00 WIB.

I. Hasil Pemantauan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pukul 00:00-18:00 WIB erupsi masih berlangsung meski dengan intensitas yang menurun.
Berikut disajikan rangkuman hasil pemantauan terkini, meliputi data pemantuan secara instrumental dan visual.
1. Kegempaan
Berdasarkan hasil pemantauan kegempaan diperoleh jumlah kegempaan sebagai berikut:



2. Deformasi
Data dari tiltmeter menunjukkan deformasi yang fluktuatif namun tidak menunjukkan
adanya inflasi (penggembungan) yang signifikan. Pemantauan deformasi dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) geodetik menunjukkan adanya deflasi (penurunan) di kaki G. Merapi sebelah Tenggara.

3. Visual
Dari pos pengamatan G. Merapi, pengamat melaporkan cuaca kabut tipis hingga pekat menyelimuti hampir sepanjang dini hingga siang hari. Saat cuaca cerah, dapat teramati asap putih keabuan bertekanan sedang setinggi 600 m condong ke Barat Daya. Terjadi awanpanas pada pukul 17:23 WIB yang didahului oleh gempa tektonik pada pukul 17:22 WIB.
hingga laporan ini disusun, masih terjadi rentetan awan panas (18:45 WIB).
CCTV Deles dan Museum merekam cuaca dominan kabut pekat sejak dini hari hingga sore hari. Pada pukul 00:14 WIB terekam dari kedua CCTV asap setinggi 800 m condong ke Barat Daya. Pada pukul 04:36 WIB dari CCTV Museum terekam asap putih setinggi 600 m condong ke Barat Daya.

II. Awas Lahar
Secara umum, endapan lahar telah teramati di semua sungai yang berhulu di puncak G.
Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, hingga Barat Laut, meliputi K. Woro, K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. tringsing,
dan K. Apu.

III. Kesimpulan
Berdasarkan pemantauan instrumental dan visual, aktivitas G. Merapi masih tinggi. Maka stastus aktivitas G. Merapi pada tingkat AWAS (Level 4). Ancaman bahaya langsung erupsi G. Merapi berupa awanpanas dan ancaman tidak langsung berupa lahar.
Terhitung tanggal 19 November 2010 pukul 12:00 WIB, wilayah yang aman bagi para pengungsi adalah sebagai berikut: Kab. Sleman: sebelah Timur K. Boyong di luar 15 km, sebelah Barat K. Boyong di luar 10 km dari puncak G. Merapi. Kab. Magelang di luar 10 km dari puncak G. Merapi. Kab. Boyolali di luar 5 km dari puncak G. Merapi. Kab Klaten di luar 10 km dari puncak G. Merapi.

IV. Rekomendasi
Sehubungan masih tingginya aktivitas vulkanik G. Merapi dan status masih ditetapkan pada level Awas, maka direkomendasikan sebagai berikut:

1. Tidak ada aktivitas penduduk di sekitar alur sungai (ancaman bahaya awanpanas dan lahar) yang berhulu di G. Merapi sektor Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Baratlaut meliputi, K. Woro, K. Gendol,
K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. Trising,
dan K. Apu.
2. Ancaman bahaya erupsi G. Merapi untuk masing-masing wilayah kabupaten sebagai berikut:

Ancaman Bahaya Erupsi G. Merapi dalam radius dari puncak (km)
1 Sleman Sebelah Barat K. Boyong 10 Sebelah Timur K. Boyong 15
2 Magelang 10
3 Boyolali 5
4 Klaten 10
Ancaman bahaya lahar adalah wilayah yang berada pada jarak 300 m dari bibir semua sungai yang berhulu di puncak G. Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat hingga Barat Laut meliputi, K. Woro (Kab. Klaten), K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong (Kab. Sleman), K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng,
K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. Trising (Kab. Magelang), dan K. Apu (Kab. Boyolali).
3. Masyarakat di sekitar G. Merapi agar senantiasa mengikuti arahan dari Pemerintah
Kabupaten setempat dalam upaya penyelamatan diri dari ancaman bahaya erupsi G. Merapi.
4. Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan landaan awanpanas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat.
5. Masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh dengan isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas G. Merapi dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat yang selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
6. Pemerintah daerah diharapkan melakukan diseminasi tentang aktivitas terikini G. Merapi yang disampkaikan dalam laporan ini.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
2. Kepala Badan Geologi
3. Sekretaris Badan Geologi
4. Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan
5. Direktur Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Bencana, KEMENDAGRI
6. Bandara Adisucipto, Yogyakarta
7. Deputi I Menko Kesra Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial
8. Biro Hukum dan Humas, KESDM
9. Mabes TNI
10. Pusat Data dan Informasi, KESDM
11. Kepala Pusat Krisis, Kementerian Kesehatan
12. Badan Kesbanglinmas, Provinsi DIY
13. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Provinsi Jawa Tengah

Sumber: BPPTK

KEPUTUSAN PENGURANGAN DAERAH BAHAYA MERAPI PER 19 NOVEMBER 2010

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
BADAN GEOLOGI
JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122
JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950
Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371 Faksimile: 022-7216444, 021-5228372 E-mail: geologi@bgl.esdm.go.id
Nomor : 2385/45/BGL.V/2010 21 November 2010
Sifat : Segera
Lampiran : -
Hal : Laporan Aktivitas G. Merapi 21 November 2010 pukul 00:00-06:00 WIB
Yang terhormat,
1. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Gubernur Jawa Tengah
4. Bupati Sleman
5. Bupati Magelang
6. Bupati Klaten
7. Bupati Boyolali

Bersama ini disampaikan laporan aktivitas G. Merapi tanggal 21 November 2010 pukul 00:00
sampai dengan pukul 06:00 WIB.

I. Hasil Pemantauan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pukul 00:00-06:00 WIB erupsi masih
berlangsung meski dengan intensitas yang menurun.
Berikut disajikan rangkuman hasil pemantauan terkini, meliputi data pemantuan secara instrumental dan visual.

1. Kegempaan
Berdasarkan hasil pemantauan kegempaan diperoleh jumlah kegempaan sebagai berikut:
Jenis Gempa 19 Nov 2010 20 Nov 2010 21 Nov 2010



2. Deformasi
Data dari tiltmeter menunjukkan deformasi yang fluktuatif namun tidak menunjukkan adanya inflasi (penggembungan) yang signifikan. Pemantauan deformasi dengan menggunakan GPS
 (Global Positioning System) geodetik menunjukkan adanya deflasi (penurunan) di kaki G. Merapi sebelah Tenggara.

3. Visual
Dari pos pengamatan G. Merapi, pengamat melaporkan cuaca kabut tipis hingga pekat menyelimuti hampir sepanjang dini hingga pagi hari. Saat cuaca cerah, dapat teramati asap putih keabuan bertekanan sedang setinggi 600 m condong ke Barat Daya. CCTV Deles dan Museum merekam cuaca dominan kabut pekat sejak dini hari hingga pagi hari. Pada pukul 00:14 WIB terekam dari kedua CCTV asap setinggi 800 m condong ke Barat Daya. Pada pukul 04:36 WIB dari CCTV Museum terekam asap putih setinggi 600 m
condong ke Barat Daya.

II. Awas Lahar
Secara umum, endapan lahar telah teramati di semua sungai yang berhulu di puncak G. Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, hingga Barat Laut, meliputi K. Woro, K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. tringsing, dan K. Apu.

III. Kesimpulan
Berdasarkan pemantauan instrumental dan visual, aktivitas G. Merapi masih tinggi. Maka stastus aktivitas G. Merapi pada tingkat AWAS (Level 4). Ancaman bahaya langsung erupsi G.
Merapi berupa awan panas dan ancaman tidak langsung berupa lahar.
Terhitung tanggal 19 November 2010 pukul 12:00 WIB, wilayah yang aman bagi para pengungsi adalah sebagai berikut: Kab. Sleman: sebelah Timur K. Boyong di luar 15 km, sebelah Barat K. Boyong di luar 10 km dari puncak G. Merapi. Kab. Magelang di luar 10 km dari puncak G. Merapi. Kab. Boyolali di luar 5 km dari puncak G. Merapi. Kab Klaten di luar 10 km dari puncak G. Merapi.

IV. Rekomendasi
Sehubungan masih tingginya aktivitas vulkanik G. Merapi dan status masih ditetapkan pada level Awas, maka direkomendasikan sebagai berikut:

1. Agar dilakukan penyelidikan abu gunungapi yang dapat berpotensi mengganggu jalur penerbangan dari dan ke Lapangan Udara Internasional Adisucipto di Yogyakarta.
2. Tidak ada aktivitas penduduk di sekitar alur sungai (ancaman bahaya awanpanas dan lahar) yang berhulu di G. Merapi sektor Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Barat laut meliputi, K. Woro, K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo,
K. Trising, dan K. Apu.
3. Ancaman bahaya erupsi G. Merapi untuk masing-masing wilayah kabupaten sebagai
berikut:
No
. Kabupaten
Ancaman Bahaya Erupsi G. Merapi
dalam radius dari puncak (km)
1Sleman Sebelah Barat K. Boyong 10. Sebelah Timur K. Boyong 15
2 Magelang 10
3 Boyolali 5
4 Klaten 10
Ancaman bahaya lahar adalah wilayah yang berada pada jarak 300 m dari bibir semua sungai yang berhulu di puncak G. Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat hingga Barat Laut meliputi, K. Woro (Kab. Klaten), K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong (Kab. Sleman), K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. Trising (Kab. Magelang), dan K. Apu (Kab. Boyolali).
4. Masyarakat di sekitar G. Merapi agar senantiasa mengikuti arahan dari Pemerintah
Kabupaten setempat dalam upaya penyelamatan diri dari ancaman bahaya erupsi G. Merapi.
5. Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan landaan awanpanas, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat.
6. Masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh dengan isu yang beredar mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas G. Merapi dan tetap mengikuti arahan dari pemerintah daerah setempat yang selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
7. Pemerintah daerah diharapkan melakukan diseminasi tentang aktivitas terikini G. Merapi yang disampkaikan dalam laporan ini.

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
2. Kepala Badan Geologi
3. Sekretaris Badan Geologi
4. Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan
5. Direktur Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Bencana, KEMENDAGRI
6. Bandara Adisucipto, Yogyakarta
7. Deputi I Menko Kesra Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial
8. Biro Hukum dan Humas, KESDM
9. Mabes TNI
10. Pusat Data dan Informasi, KESDM
11. Kepala Pusat Krisis, Kementerian Kesehatan
12. Badan Kesbanglinmas, Provinsi DIY
13. Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Provinsi Jawa Tengah

Senin, 15 November 2010

Warga Australia Kirim 30 Ribu Masker


Bantuan Merapi (Roso)
SRAGEN - Bencana letusan Gunung Merapi yang menimpa wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah membuat simpatik dari berbagai negara.

Tak terkecuali warga Australia bernama Dr David Marsh dan Mrs Clair Marsh melalui yayasannya Marsh Foundation mengirimkan 30 ribu masker ke pengungsi Gunung Merapi di wilayah Klaten, Magelang, dan Boyolali.

Bantuan itu diserahkan melalui Pemerintah Kabupaten Sragen yang selama ini telah menjalin kerja sama di bidang kesehatan dengan pemerintah Australia. Penyerahan itu diterima Bupati Sragen Untung Wiyono disaksikan Kepala Dinas DKK Dr Joko Imugroho dan Kabid Pelayanan Kesehatan Dr Finuril Hidayati, Sabtu (13/11/2010).

"Marsh Foundation merupakan perkumpulan para dokter-dokter di Melbourne Australia yang peka terhadap musibah bangsa Indonesia," kata Bupati Sragen Untung Wiyono.

Bupati menjelaskan, Marsh Foundationo merupakan lembaga nonprofit yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, serta sosial. Bupati juga  mengucapkan terima kasih kepada Marsh Foundation yang memberikan perhatian penuh kepada pengungsi dengan bantuan masker.

Marsh Foundation juga pernah berperan dalam berbagai bencana di Indonesia seperti Bom Bali, Tsunami Aceh, dan Gempa Bumi di Klaten dan Jogja. Masker senilai 3,600.00 dollar Australia itu akan dibagikan kepada pengungsi di tiga titik wilayah Gunung Merapi. "Secepatnya masker ini akan dibawa ke wilayah bencana Gunung Merapi," tegas Bupati

Sumber:okezon
e

Minggu, 14 November 2010

Radius Aman Magelang dan Klaten Turun


JAKARTA, Kompas.com
 - Kini radius aman letusan Gunung Merapi berubah untuk Kabupaten Boyolali, Magelang, dan Klaten. Radius aman Merapi kini menurun untuk tiga kabupaten tersebut, Sabtu (13/10/2010).

Beberapa hari ini status radius aman Merapi adalah 20 kilometer, sekarang berubah, kecuali untuk Kabupaten Sleman Yogyakarta. Menurut staf khusus presiden bidang sosial dan bencana, Andi Arif, dalam akun twitternya menjelaskan bahwa perubahan status radius tersebut di antaranya Boyolali 10 kilometer, Magelang 15 kilometer, dan Klaten 10 kilometer..

"Status merapi tetap: Awas Merapi! Sleman tetap pada radius 20 kilometer," ujarnya.

Pertimbangan perubahan radius aman merapi di tiga kabupaten Jawa Tengah tersebut di antaranya, awan panas dari Puncak Gunung Merapi. Saat ini sudah diketahui bila jarak luncuran awan panas di Kabupaten Sleman kali Gendol 14 kilometer jauhnya, Magelang kali Bebeng jaraknya 11,5 kilometer, Boyolali kali Apu 4 kilometer, dan Klaten kali Woro 7 kilometer.

Meskipun demikian, berdasarkan hasil pemantauan instrumental dan visual pada 13 November 2010 dari pukul 00.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB, menunjukkan aktivitas Gunung Merapi masih tinggi. Dengan kondisi tersebut, maka status aktivitas Gunung Merapi pada tingkat Awas (level 4)
.
Sumber: Kompas

Jarak Aman di Sleman Tetap 20 Kilometer



TEMPO InteraktifYogyakarta - Jarak kawasan rawan bencana di sekitar Gunung Merapi dikurangi di beberapa wilayah. Namun untuk wilayah yang masuk Kabupaten Sleman tetap 20 kilometer dari puncak gunung. Radius zona rawan untuk Kabupaten Magelang menjadi 15 kilometer, Kabupaten Klaten 10 kilometer, dan kabupaten Boyolali juga 10 kilometer.

“Untuk Sleman tetap 20 kilometer, sebab kecenderungan guguran dan awan panas masih mengarah ke selatan yaitu yang masuk wilayah Sleman,” kata R Sukhyar, Kepala Badan Geologi, Kementereian Energi dan Sumber Daya Mineral, Ahad (14/11).
Meskipun jarak rawan bencana Merapi di tiga kabupaten tersebut dikurangi, namun status Merapi masih tetap di posisi awas.

Sebelumnya, di beberapa media telah ditulis tentang pengurangan radius rawan tersebut yang bersumber dari akun twitter Andi Arief, staf khusus presiden bidang bencana. Nanum hal itu belum resmi diumumkan oleh Badan Geologi yang paling berhak memberikan statement. Baru ada Ahad siang ini Badan Geologi secara resmi memberi pernyataan secara resmi di Posko Bdana Nasional Penanggulangan Bencana di Jalan Kenari Yogyakarta.

Pengamatan aktivitas vulkanik Merapi memang ada tren penurunan letusan. Tetapi aktivitas masih ada dan secara beruntun masih terjadi gempa tremor yang menunjukkan gerakan magma dalam perut gunung masih tinggi.

Namun , pada pukul 10.36 WIB, dalam catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, terjadi luncuran awan panas dengan skala besar mengarah ke Kali Gendol. Belum diketahui seberapa jauh luncuran tersebut karena secara visual gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu tertutuip kabut dan di puncak hujan deras.

Menurut Sukhyar, saat ini tingkat aktivitas magmatis Merapi mengalami penurunan. Indikasinya, tingkat kadar Sulfurdioksida (SO2) pada tanggal 26 Oktober hingga 3 November mencapai 20-30 kiloton. Menjelang terjadinya erupsi 4-5 November tingkat SO2 sekitar 120 kiloton dan 5 hingga 8 November turun menjadi 40-50 kiloton.

“Statusnya tetap awas, kita semua berharap energi Merapi semakin melemah dan drama Merapi selesai,” kata Sukhyar.


Sumber: Tempo

Sabtu, 13 November 2010

LAPORAN AKTIVITAS GUNUNG MERAPI TANGGAL 13 NOVEMBER 2010 PUKUL 17.59 WIB

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
BADAN GEOLOGI
JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122
JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV.49 JAKARTA 12950
Telepon: 022-7212834, 5228424 021-5228371 Faksimile: 022-7216444, 021-5228372 E-mail: geologi@bgl.esdm.go.id


Nomor : 2351/45/BGL.V/2010 13 November 2010
Sifat : Segera
Lampiran : -
Hal : Laporan Aktivitas G. Merapi 13 November 2010 pukul 00:00-12:00 WIB
Yang terhormat,
1. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
2. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
3. Gubernur Jawa Tengah
4. Bupati Sleman
5. Bupati Magelang
6. Bupati Klaten
7. Bupati Boyolali
Bersama ini disampaikan laporan aktivitas G. Merapi tanggal 13 November 2010 pukul 00:00
sampai dengan pukul 12:00 WIB.
I. Hasil Pemantauan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pukul 00:00-12:00 WIB erupsi masih
berlangsung dengan intensitas yang tinggi.
Berikut disajikan rangkuman hasil pemantauan terkini, meliputi data pemantuan secara
instrumental dan visual.
1. Kegempaan
Berdasarkan hasil pemantauan kegempaan diperoleh jumlah kegempaan sebagai berikut:




2. Visual
Laporan dari pos Ketep, cuaca cerah terjadi sejak dini hari hingga pagi hari, teramati
asap dengan tinggi maksimal 1200 m berwarna putih kecoklatan dengan intensitas pekat
condong ke Selatan hingga Barat Daya. Cuaca kabut tebal mulai jam 07.40-12.00 WIB. Dari
CCTV Deles, tampak api diam pada pukul 01:16 WIB.

II. Awas Lahar
Secara umum, endapan lahar telah teramati di semua sungai yang berhulu di puncak G.
Merapi dari arah Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, hingga Barat Laut, meliputi K. Woro, K.
Gendol, K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo,
K. tringsing, dan K. Apu. Tampak aliran lahar berwarna coklat keruh membawa material
sedimen tanpa membawa material bolder batuan maupun kayu/pohon di Jembatan Pogung,
aliran air sungai setinggi 2 m. Di Dusun Lempungsari Desa Plemburan, masyarakat melakukan
evakuasi mandiri (22 kepala keluarga). Di jembatan Sayidan, aliran air sungai setinggi 0,5 m.

III. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemantauan instrumental dan visual pada 13 November 2010 dari
pukul 00:00 WIB sampai dengan pukul 12:00 WIB menunjukkan aktivitas G. Merapi masih
tinggi. Dengan kondisi tersebut, maka status aktivitas Gunung Merapi pada tingkat Awas
(level 4). Ancaman bahaya G Merapi dapat berupa awanpanas dan lahar.

IV. Rekomendasi
Sehubungan masih tingginya aktivitas vulkanik G. Merapi dan status masih ditetapkan
pada level Awas, maka direkomendasikan sebagai berikut:
1. Agar dilakukan penyelidikan abu gunungapi yang dapat berpotensi mengganggu jalur
penerbangan dari dan ke Lapangan Udara Internasional Adisucipto di Yogyakarta
.
2. Tidak ada aktivitas penduduk di daerah rawan bencana III, khususnya yang bermukim di
sekitar alur sungai (ancaman bahaya awanpanas dan lahar) yang berhulu di G. Merapi
sektor Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat dan Baratlaut dalam jarak 20 km dari
puncak G. Merapi meliputi, K. Woro, K. Gendol, K. Kuning, K. Boyong, K. Bedog, K. Krasak, K. Bebeng, K. Sat, K. Lamat, K. Senowo, K. Trising, dan K. Apu.

3. Segera memindahkan para pengungsi ke tempat yang aman di luar radius 20 km dari puncak G. Merapi.

4. Masyarakat di sekitar G. Merapi agar senantiasa mengikuti arahan dari Pemerintah
Kabupaten setempat dalam upaya penyelamatan diri dari ancaman bahaya erupsi G. Merapi.

5. Untuk mengantisipasi kemungkinan meluasnya kawasan landaan awanpanas, Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi senantiasa berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah setempat.

6. Masyarakat diminta tidak panik dan terpengaruh dengan isu yang beredar
mengatasnamakan instansi tertentu mengenai aktivitas G. Merapi dan tetap mengikuti
arahan dari pemerintah daerah setempat yang selalu berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Tembusan:
1. Sekretaris Jenderal Kementrian Energi dan Sumberdata Mineral
2. Kepala Badan Geologi
3. Sekretaris Badan Geologi
4. Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan
5. Direktur Manajemen Pencegahan dan Penanggulangan Bencana, KEMENDAGRI
6. Bandara Adisucipto, Yogyakarta
7. Deputi I Menko Kesra Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial
8. Biro Hukum dan Humas, KESDM
9. Mabes TNI
10.Pusat Data dan Informasi, KESDM
11.Kepala Pusat Krisis, Kemeterian Kesehatan
12.Badan Kesbanglinmas, Provinsi DIY
13.Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Provinsi Jawa Tengah


Sumber: BBPTK

Masjid di Merapi Berdiri Kokoh

Klaten - Desa Balerante yang berada di Kecamatan Kemalang, Klaten, habis terbakar, akibat dilalui oleh awan panas yang keluar dari letusan Gunung Merapi, ada korban jiwa yang ditemukan oleh tim SAR dibantu tim relawan di desa tersebut.

Namun, di tengah bencana tersebut Tuhan menunjukkan kekuasaan-Nya, dimana ada sebuah bangunan masjid, Masjid Al-Qod'r yang masih berdiri kokoh di antara bangunan rumah penduduk yang sudah hancur lebur akibat diterjang awan panas atau wedus gembel.

Bahkan pagar kayu di depan masjid masih utuh, dan bila dilihat secara keseluruhan, bangunan masjid ini masih utuh, hanya tampak kotor saja akibat debu yang dihasilkan dari semburan letusan gunung Merapi.

Desa tersebut hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari puncak Merapi, tanpa ada satu pun bukit yang menjadi perisai dari ancaman awan panas.

Selama ini, desa tersebut aman lantaran awan panas biasanya selalu masuk ke Kali Gendol, sekali lagi inilah bukti kebesaran Allah atas bencana Gunung Merapi, agar umat-Nya senantiasa mengingat keagungan-Nya. (abi) 
http://www.wartanews.com

Tipe Letusan Merapi Berubah



Tipe Letusan Merapi Berubah
Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung Merapi dinilai tipe letusannya kini berubah. Penilaian itu dikatakan ahli vulkanologi dari Universitas Kyoto Jepang Masato Iguchi.

Ia mengatakan tipe letusan Merapi mengalami perubahan dibandingan dengan letusan sebelum 2006 yang ditandai dengan adanya pembentukan kubah lava.

"Saya hingga kini belum mengetahui penyebab mengapa tipe letusan Gunung Merapi berubah, namun perubahan tipe letusan seperti ini sering terjadi di sejumlah gunung berapi lainnya, salah satunya gunung berapi di Jepang, Miyake Jima," katanya, di Yogyakarta, Jumat.

Sebelumnya, Direktur Penerangan dan kebudayaan Besar Jepang di Indonesia Masaki Tani mengatakan tiga ahli vulkanologi asal Jepang akan membantu melakukan survei kondisi bencana letusan Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Tiga vulkanolog itu, yakni Kenji Nogami (ahli di bidang "volcanic chemistry"), Masato Iguchi (ahli di bidang "physical vulcanology"), dan Takayuki Kaneko (ahli di bidang "volcano geology"). Selain itu ada ahli di bidang penyakit saluran pernapasan Satoru Ishii.

"Kami akan terus memberikan pendampingan dari sisi keilmuan kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral," kata Iguchi.

Gunung Miyake Jima di Jepang, kata dia, memiliki tipe erupsi yang sama yaitu meletus setiap 20 tahun sekali ditandai dengan keluarnya aliran lava, namun pada 2000 gunung tersebut meletus dengan membuat kaldera berdiameter satu kilometer, dan letusan besar dengan kolom asap setinggi 10 km.

"Perubahan itu disebabkan adanya pergerakan magma dalam volume yang cukup besar, namun belum bisa memastikan apakah hal itu juga terjadi di Gunung Merapi," kata Iguchi.

Mengenai pemasangan mikrofon infrasonik untuk Gunung Merapi, Icuchi mengatakan alat tersebut sangat efektif untuk memantau gunung ini karena terkadang puncak gunung ini diselimuti kabut, sehingga tidak terlihat adanya letusan, padahal kenyataannya gunung tersebut meletus.

Alat tersebut, kata dia akan dipasang di luar radius 20 kilometer dari puncak Merapi sesuai radius aman yang telah ditetapkan PVMBG, salah satunya di dekat Prambanan.

Tiga mikrofon infrasonik akan dipasang untuk mempertajam pantauan Gunung Merapi, sehingga PVMBG akan memperoleh gambaran aktivitas gunung itu lebih baik.

"Pengamat selama ini sering tidak mendengar letusan Gunung Merapi, meskipun sebenarnya gunung meletus sehingga dengan adanya mikrofon infrasonik maka akan diperoleh data lebih baik tentang letusan Merapi," kata Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono, di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, mikrofon infrasonik tersebut akan mampu menangkap gelombang udara yang diakibatkan letusan Gunung Merapi dan pengamat tidak hanya mendasarkan pengamatan pada seismograf atau pengamatan visual. "Kami kemudian akan menganalisa data yang masuk sehingga memperoleh statistik yang baik tentang jumlah letusan Merapi," katanya.

Ia mengatakan alat serupa telah dipasang di sejumlah gunung api lain di Indonesia seperti Gunung Krakatau dan Gunung Semeru.

Pemasangan mikrofon infrasonik merupakan hasil kerja sama dengan Jepang yang juga mengirimkan tiga ahli gunung api ke Indonesia untuk melakukan pemantauan terhadap Merapi.

"Meskipun ada bantuan dari Jepang, bukan berarti tenaga dari Indonesia masih kurang. Segala pertimbangan dan keputusan juga masih berada di tangan saya," katanya.

Ketiga ahli dari Jepang tersebut melakukan pantauan dari tiga sisi yang saling berkaitan, yaitu geofisik, geokimia, dan geologi.

Mengenai pemasangan mikrofon infrasonik itu, Iguchi mengatakan alat tersebut akan efektif karena terkadang puncak Gunung Merapi diselimuti kabut sehingga tidak terlihat adanya letusan, padahal kenyataannya gunung tersebut meletus. "Kami akan terus memberikan pendampingan dari sisi keilmuan kepada PVMBG," katanya.



Intensitas erupsi menurun

Intensitas erupsi Gunung Merapi pada Jumat mulai pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB masih berlangsung, namun cenderung menurun dengan disertai suara gemuruh lemah sampai sedang yang terdengar di kawasan Kaliurang.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono mengatakan berdasarkan hasil pemantauan yang diperoleh jumlah kegempaan terjadi tremor beruntun, 10 guguran, dan dua kali gempa teknonik.

Selebihnya, kata dia, gempa vulkanik, multiphase, dan "low frequency" tidak terdeteksi. Pada pukul 12.54 WIB awan panas meluncur ke arah Selatan.

Ia mengatakan endapan lahar telah teramati di semua sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi dari arah tenggara, selatan, barat daya, barat, hingga barat laut yang meliputi Kali Woro, Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, Sat, Lamat, Senowo, Tringsing, dan Kali Apu.

Surono mengatakan lahar di Kali Boyong telah diendapkan di Dusun Kardangan Desa Purwobinangun, Pakem yang berjarak sekitar 16 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

"Lahar di Kali Kuning telah mengisi penuh Jembatan Sidorejo, Dusun Sidorejo, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem yang berjarak 9,5 kilometer dari puncak Merapi," katanya.

Dia nengatakan di alur Kali Gendol lahar telah mengisi penuh dam di Dusun Morangan Desa Sindumartani yang berjarak 16,5 kilometer dari puncak Merapi.

Berdasarkan laporan dari Pos Ketep, cuaca cerah diselingi kabut dari dini hari hingga siang ini terus terjadi. Tampak asap berwarna putih hingga cokelat condong ke selatan, barat daya, barat hingga barat laut setinggi 1.000 meter dari puncak Gunung Merapi dan bertekanan lemah.



Harus tetap diwaspadai

Kepala Badan Geologi R Sukhyar mengatakan saat ini Gunung Merapi sedang memasuki masa "istirahat", namun belum dapat dipastikan apakah fase erupsi gunung ini telah berakhir.

"Sekarang justru harus tetap diwaspadai, apakah masa istirahat ini dimanfaatkan oleh Merapi untuk keluar dari sistem yang telah terbentuk, dan nanti erupsi lagi atau tidak," kata Sukhyar, di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, kewaspadaan tersebut perlu tetap dipertahankan karena kejadian serupa juga terjadi pascaletusan 26 Oktober 2010.

Pascaletusan 26 Oktober, Gunung Merapi juga mengalami masa istirahat, namun kemudian terjadi erupsi eksplosif yang sangat besar selama periode 3-8 November dengan puncak letusan pada 5 November 2010.

Sukhyar mengatakan, masa istirahat tersebut harus dilihat dari jarak antar puncak letusan Gunung Merapi yaitu pada 26 Oktober hingga 5 November yang berjarak sekitar 10 hari.

"Secara teori, dalam masa istirahat ini Gunung Merapi akan membentuk gelembung-gelembung gas yang memungkinkan adanya letusan eksplosif," katanya.

Sukhyar memperkirakan letusan besar yang dimulai sejak 3 November 2010 ditandai dengan keluarnya awan panas selama lebih dari dua jam secara berturut-turut, dan kemudian dilanjutkan dengan letusan tanpa henti hingga 8 November 2010, merupakan satu paket letusan besar. "Yang paling diharapkan adalah, Gunung Merapi tidak meletus lagi karena sekarang tingkat eksplosifitasnya sudah rendah," katanya.

Berdasarkan jumlah material yang telah dimuntahkan oleh Gunung Merapi sejak letusan 26 Oktober, dapat diketahui indeks letusan gunung tersebut atau "volcanic eksplosivity indeks" (VEI) adalah empat. "VEI dengan jumlah material yang dimuntahkan antara 100 juta meter kubik hingga 1 miliar meter kubik adalah empat," katanya.

Sementara itu, pada Jumat sekitar pukul 12.54 WIB, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas dengan jarak luncur tiga hingga empat kilometer ke arah selatan.

Kepala PVMBG Surono mengatakan dengan semakin tidak adanya halangan di puncak gunung akibat erupsi yang terus-menerus, jarak luncur awan panas skala kecil bisa mencapai tiga kilometer. "Biasanya, dalam waktu dua menit, jarak luncur awan panas adalah satu kilometer, namun sekarang jarak luncurnya bisa mencapai tiga kilometer," katanya.

PVMBG tetap memberlakukan radius aman 20 kilometer (km) karena sebaran awan panas tidak hanya ke selatan, tetapi juga ke berbagai arah seperti ke barat dan barat daya.

Sementara itu, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan hingga pukul 12.00 WIB, gempa tremor masih terjadi secara beruntun, 10 kali guguran dan dua kali gempa tektonik.



Awan panas muncul lagi

Gunung Merapi kembali meluncurkan awan panas besar pada Jumat pukul 17.38 WIB, terjadi selama lebih dari satu jam.

Berdasarkan pantauan kamera CCTV yang dipasang di Deles Klaten, Jawa Tengah, juga terlihat kolom asap cukup tinggi yang diikuti dengan munculnya lava pijar yang cukup besar sekitar pukul 18.45 WIB.

"Kami masih tetap menyatakan status Gunung Merapi dalam keadaan `awas` meskipun dalam beberapa hari terakhir ini intensitas seismik Merapi menurun," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Surono, di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, luncuran awan panas selama lebih dari satu jam tersebut cukup berbahaya karena kondisi di Gunung Merapi sudah seperti jalan tol karena tidak ada lagi penghalang di sepanjang lereng tersebut seperti pepohonan.

Oleh karena itu, lanjut dia, diperkirakan luncuran awan panas tersebut kemungkinan bisa mencapai jarak cukup jauh.

Sebelumnya, pada pukul 12.54 WIB juga muncul awan panas berdurasi sekitar tiga menit yang meluncur ke arah selatan sejauh tiga hingga empat kilometer.

Pascaletusan 26 Oktober 2010, intensitas seismik Merapi juga sempat mereda, namun kembali meletus besar pada 3 November dengan puncak letusan pada 5 November 2010.

"Masyarakat tetap diminta untuk berada di luar radius 20 kilometer sebagai radius berbahaya yang telah ditetapkan sebelumnya ataupun beraktivitas di sepanjang alur sungai berhulu di Merapi," katanya.

Surono mengatakan energi yang tersimpan di perut Merapi masih cukup besar, dan besarnya energi tersebut berbanding lurus dengan letusan.

Ia mengatakan, kemungkinan sejumlah daerah yang terletak di sisi barat dan barat daya Gunung Merapi akan kembali mengalami hujan pasir dan hujan abu.

Adanya hujan pasir dan abu tersebut menunjukkan bahwa aktivitas Merapi masih tinggi sehingga bisa menjadikan kewaspadaan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Namun demikian, ia mengatakan relokasi warga yang semula tinggal di sekitar Merapi bukan merupakan pilihan terakhir, karena yang lebih penting dilakukan adalah manajemen risiko letusan gunung berapi ini.

"Tanah di sekitar gunung api tersebut akan semakin subur. Tetapi masyarakat juga perlu memiliki manajemen risiko yang baik," katanya.



Korban meninggal 161 orang

Korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dibawa ke Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta pada Jumat hingga pukul 18.00 WIB tercatat 161 orang.

Sebanyak 161 korban yang meninggal dunia itu terdiri atas 37 korban meninggal saat erupsi Gunung Merapi pada 26 Oktober 2010, sedangkan 124 korban meninggal pada erupsi pada 5 November 2010.

Kepala Bagian Humas dan Hukum Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta Trisno Heru Nugroho membenarkan total jumlah korban meninggal dunia yang dibawa ke RS Sardjito Yogyakarta akibat letusan Merapi pada 26 Oktober 2010 dan 5 November 2010 sebanyak 161 orang.

RS Sardjito Yogyakarta hingga kini masih merawat sebanyak 91 korban letusan gunung yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, sejumlah 20 orang di antaranya menderita luka bakar dan 71 orang nonluka bakar, sedangkan sembilan orang diperbolehkan pulang menjalani rawat jalan.

Menurut dia, di ruang forensik RS Sardjito Yogyakarta hingga kini masih terdapat sebanyak 12 jenazah, sejumlah 10 jenazah dari hasi evakuasi tim SAR, TNI, dan Relawan serta dua jenazah dari pasien yang dirawat di rumah sakit ini.

Ia mengatakan 12 jenazah yang masih berada di ruang forensik RS Sardjito Yogyakarta rencananya akan dikubur secara massal pada Sabtu (13/11). Namun tempat untuk memakamkan jenazah tersebut belum bisa dikofirmasi.

Jumlah korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat (5/11) dini hari kemungkinan masih akan terus bertambah karena tim gabungan yang terdiri atas anggota pencarian dan penyelamatan (SAR), Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan relawan masih terus melakukan proses evakuasi, terutama di dusun sekitar Kali Gendol.

Tim SAR DIY, TNI, dan relawan hingga kini masih menemukan jenazah di dusun-dusun sekitar Kali Gendol yang terletak tidak jauh dari puncak gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sementara itu, sekitar 97 persen pengungsi korban bencana erupsi Merapi yang tinggal di beberapa posko pengungsian bisa mengatasi gangguan psikologis temporer berupa syok sesaat.

"Mereka tidak mengalami gangguan psikologis karena memiliki kemampuan dalam proses penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan," kata Koordinator Tim Relawan Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Rahmat Hidayat di posko kesehatan Stadion Maguwoharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat.

Menurut dia, hingga kini tim relawan yang tergabung dalam Center for Public Mental Health (CPMH) atau Pusat Kesehatan Mental Masyarakat, Fakultas Psikologi UGM telah memberikan bantuan psikologi kepada 340 pengungsi. "Kami memberi bantuan psikologi dan konseling, mulai dari kasus ringan hingga yang paling berat," kata dosen Fakultas Psikologi UGM itu.

Ia mengatakan untuk kasus yang lebih berat, pihaknya menerjunkan tim psikolog dan mahasiswa S2 psikologi, sedangkan untuk terapi bermain bagi anak-anak dilakukan mahasiswa S1 psikologi.

"Dalam memberikan bantuan psikologi, pengungsi dibedakan dalam dua kategori, yakni mereka yang mengungsi karena lokasi rumah saat ini sedang tidak aman untuk ditempati dan mereka yang mengungsi betul-betul sebagai korban akibat rumah yang ditempati sudah hancur," katanya.

Menurut dia, pengungsi yang betul-betul menjadi korban itu perlu mendapat penanganan psikologis secara serius. "Kasus yang paling banyak mendapat bantuan psikologi adalah pengungsi yang mengalami ketakutan dan kecemasan secara terus menerus. Mereka kebanyakan mengalami insomnia, tidak tenang dan cemas secara berlebihan," katanya.

Selain itu, tim relawan psikologi UGM juga menangani 40 kasus yang mengarah kepada kasus gangguan jiwa. Namun, kasus tersebut bukan kasus baru akibat bencana Merapi, melainkan memang sudah memiliki riwayat gangguan tersebut. "Gangguan itu muncul lagi karena adanya perubahan drastis dengan kondisi mereka yang menjadi pengungsi akibat meletusnya Merapi," katanya.

Anggota tim relawan psikologi UGM Tina Afiatin mengatakan, dukungan sosial berupa dari keluarga atau sesama pengungsi sangat membantu mereka untuk bisa menyesuaikan diri terhadap kondisi yang dialami saat ini. "Mereka yang mengalami gangguan proses penyesuaian diri biasanya kurang atau tidak mendapat dukungan dari kerabat atau keluarganya," katanya.

Menurut dia, pengungsi yang mengalami gangguan penyesuaian diri biasanya mengalami insomnia, hipertensi, dan psikosomatis. Gangguan itu ditunjukkan dengan keinginan untuk segera pulang ke rumah, tidak betah tinggal di pos pengungsian, tidak mau makan, dan tidak mau bicara.

"Untuk kasus yang berat, biasanya mereka mengalami ketakutan secara terus menerus, sering menangis, dan mengalami halusinasi," katanya.



11.099 ternak belum teridentifikasi

Sebanyak 11.099 ternak di kawasan Gunung Merapi yaitu Kecamatan Turi, Cangkringan, dan Pakem, Kabupaten Sleman, belum berhasil didentifikasi pascaletusan Gunung Merapi pada 26 Oktober dan 5 November 2010.

"Sebanyak 11.099 ternak sapi, kambing, dan domba hingga Kamis(11/11) malam belum dapat diidentifikasi," kata Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)Nanang Suwandi di Yogyakarta, Jumat.

Hingga kemarin malam, kata dia Dispertan DIY baru berhasil mendata jumlah ternak mati yaitu sebanyak 1.548 ekor dan ternak yang berhasil dievakuasi dari kawasan rawan bencana sebanyak 1.358 ekor.

"Jumlah populasi awal ternak di tiga kecamatan rawan bencana sebanyak 13.005 ekor, jumlah terbanyak ada di Pakem yaitu 5.367, Cangkringan 4.621, dan Turi 3.017 ekor," katanya.

Ternak yang berhasil dievakuasi, kata Nanang ditampung di 31 titik penampungan diantaranya di `Youth Center`, Maguwoharjo, dan Lapangan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

"Persediaan hijauan pakan ternak hanya cukup untuk 10 hari ke depan, untungnya bantuan pakan dari luar Yogyakarta terus mengalir. Hari ini datang lima ton pakan dari Baturaden," katanya.

Selain itu, menurut dia produksi susu sapi di Kabupaten Sleman juga menurun drastis hingga lebih dari 50 persen sebagai dampak dari letusan Gunung Merapi.

"Misalnya dua koperasi susu perah binaan Dispertan DIY, Sarana Makmur dan Warga Mulia masing-masing hanya mampu menyetor sekitar 1.000 dan 2.000 liter susu sapi per hari. Anjlok 50 persen dibanding saat normal, koperasi lain pun juga begitu," katanya.

Sementara itu, seluas 281 hektare lahan tanaman pangan di Kecamatan Turi, Cangkringan, dan Pakem Kabupaten Sleman akan kehilangan produktivitasnya minimal selama satu tahun karena tertimbun abu vulkanik muntahan Gunung Merapi.

"Jumlah tersebut merupakan lahan tanaman pangan yang mengalami puso dan rusak berat terkena dampak letusan Gunung Merapi," kata Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Nanang Suwandi di Yogyakarta, Jumat.

Sementara itu, areal pertanian tanaman pangan yang mengalami kerusakan ringan seluas 1.591 hektare masih dapat ditanami jika terus menerus diguyur hujan. "Total kerugian yang diderita Kabupaten Sleman akibat rusaknya lahan tanaman pangan karena letusan Gunung Merapi sebesar Rp4,5 miliar," katanya.

Letusan Gunung Merapi, kata dia juga merusak 870 rumpun salak siap panen dan menyebabkan kerugian sebesar Rp219 milyar. "Kerugiannya sangat besar karena buah salak tersebut sudah siap panen," katanya.

Ia mengatakan sektor perkebunan tanaman hias dan pertanian sayur pun tidak luput dari kerugian. "Sebanyak 640 batang tanaman hias rusak, kerugian ditaksir mencapai Rp1,1 milyar. Sedangkan lahan pertanian sayuran yang rusak seluas 765 hektae," katanya.

Selain di Sleman, kata dia abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Merapi juga merusak seluas 81 hektare lahan tanaman pangan di Kulon Progo. "Abu vulkanik tersebut terbawa angin yang bertiup ke arah barat, kerugian Kulon Progo ditaksir sebesar Rp722 juta, sebagian besar lahan tanaman pangan di wilayah tersebut mengalami kerusakan ringan," katanya.



Klimik kesehatan pengungsian

Tim "Disaster Response Unit" Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mendirikan klinik kesehatan darurat di delapan titik pengungsian korban bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Klinik tersebut memberikan pelayanan kesehatan bagi para pengungsi selama 24 jam. Dinas Kesehatan DIY menyerahkan delapan titik pengungsian ke UGM untuk pelayanan kesehatan," kata Ketua Tim Kesehatan Disaster Response Unit (Deru) UGM Sulanto Saleh Danu di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, kedelapan titik pengungsian itu adalah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), UPN Veteran, Batalyon 403, barak Pramuka, GOR Pangukan, Masjid Agung Sleman, Youth Center Sleman, dan Stadion Maguwoharjo.

"Kami menerjunkan 300 dokter dan 50 paramedis untuk memberikan pelayanan kesehatan dan obat-obatan kepada para pengungsi. Mereka bertugas secara bergantian dengan sistem `shift` untuk menghindari kelelahan," katanya.

Ia mengatakan tenaga medis tersebut berasal dari GMC Health Center, Fakultas Kedokteran UGM, dan dokter residen yang praktik di Rumah Sakit Dr Sardjito dan Rumah Sakit Akademik UGM.

"Kondisi fisik pengungsi saat ini mulai mengalami penurunan. Banyak pengungsi yang terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare, sakit mata, dan sakit kulit," katanya.

Selain itu, menurut dia, gangguan psikologis para pengungsi dari hari ke hari menunjukkan peningkatan. "Kami menangani kesehatan para pengungsi di delapan titik pengungsian tersebut agar mereka sembuh dan dapat beraktivitas kembali seperti biasa," katanya.

Ia mengatakan, sebelumnya, Deru UGM juga telah mendirikan tiga klinik kesehatan darurat di tiga titik pengungsian, yakni Hargobinangun, Girikerto 1, dan Girikerto 2.

"Namun, sejak erupsi Merapi pada 4 November 2010, pos kesehatan Hargobinangun dipindahkan ke Stadion Maguwoharjo, sedangkan pos di Girikerto dipindahkan ke Youth Center Sleman," katanya.

Sementara itu, Pimpinan Pusat Aisyiyah mendirikan dapur balita sehat di posko pengungsian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang menampung pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Dapur balita sehat itu didirikan untuk menyajikan dan memenuhi asupan menu makanan yang dibutuhkan balita," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, Siti Noordjanah Djohantini di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, meskipun berada di pengungsian, kebutuhan gizi bagi balita harus tetap diperhatikan. Kebutuhan balita itu berbeda dengan kebutuhan orang dewasa.

"Meskipun para pengungsi telah mendapatkan menu makanan yang memadai, balita tetap memerlukan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan disarankan ahli gizi," katanya.

Ia mengatakan kebutuhan balita untuk mendapatkan asupan gizi, seperti sayuran dan susu, jelas berbeda dengan kebutuhan orang dewasa. Untuk itu, makanan yang disajikan dalam pengungsian juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

"Balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia itu anak masih rentan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani," katanya.

Salah satu faktor yang menentukan ketahanan tubuh balita adalah asupan gizinya. Pertumbuhan anak pada masa balita sangat pesat sehingga mereka membutuhkan zat gizi yang lebih tinggi daripada orang dewasa.

Di sisi lain, alat pencernaan balita belum berkembang sempurna, sehingga kebutuhan makanannya juga perlu disesuaikan dan berbeda dengan orang dewasa.

"Meskipun berada di pengungsian yang ditempati banyak orang, balita yang sedang mengalami proses tumbuh kembang harus memiliki kesehatan dan ketahanan tubuh yang baik. Tumbuh kembang anak jangan sampai terabaikan," katanya.

Oleh karena itu, orang tua tetap harus memperhatikan makanan yang diberikan kepada balitanya agar mereka tetap sehat dan ceria meskipun berada di pengungsian.

Menurut dia, program itu diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua dalam menyajikan menu makanan sehat bagi balitanya. "Selama ini banyak balita yang tidak suka mengkonsumsi sayuran, dalam program dapur balita sehat ini para orang tua bisa berkonsultasi dan berbagi pengalaman bagaimana menyajikan menu makan dan strategi agar balita tetap tercukupi kebutuhan sayuran," katanya.

Ia mengatakan, dalam program itu Aisyiyah akan membuka 10 posko dapur balita sehat di beberapa titik pengungsian yang tersebar di DIY-Jawa Tengah.

"Program itu menyediakan informasi mengenai penyiapan menu dan pengolahan makanan, dialog partisipatif seputar makanan sehat, dan pendampingan bagi anak dan ibu dalam menu makanan sehat baik selama di pengungsian maupun tindak lanjutnya saat kembali ke rumah,` katanya.



Sumsel beri bantuan medis

Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan memberikan bantuan medis untuk para pengungsi korban bencana erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bantuan tersebut diserahkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Selatan (Sumsel) Dwi Sarwanto kepada Kepala Dinas Ketenteraman dan Ketahanan DIY Murprih Antoro Nugroho dan Kepala Dinas Sosial DIY Sulistiyo di Kepatihan Yogyakarta, Jumat.

Menurut Dwi Sarwanto, bantuan itu berupa tim medis yang terdiri atas lima dokter, lima perawat, dua asisten apoteker, obat-obatan, satu mobil klinik, dan ambulans untuk meringankan beban warga yang terkena bencana Merapi.

"Bantuan yang diberikan itu kendati tidak seberapa nilainya, diharapkan bisa mengurangi beban warga yang terkena musibah Merapi. Bantuan itu juga sebagai wujud hubungan yang sangat erat antara masyarakat Sumatra dan Jawa," katanya.

Selain bantuan medis, Pemprov Sumsel juga memberikan bantuan sembako dan tenaga relawan sebanyak 10 orang, sembilan truk berisi sandang dan pangan seperti selimut, beras, mi instan, air mineral, tenda/terpal plastik, tikar, keperluan untuk wanita, dan bantuan dari peserta Diklatpim berupa uang sebanyak Rp5 juta.

"Kami mohon izin penyediaan tempat untuk membuka klinik yang bisa melayani 500 pasien. Jika tempat sudah ada, tim medis dari Sumsel akan langsung bekerja," katanya.

Murprih Antoro Nugroho mengatakan atas nama Gubernur DIY mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Pemprov dan masyarakat Sumsel kepada warga Yogyakarta yang sedang terkena bencana erupsi Merapi.

Menurut dia, bantuan yang diberikan kepada warga Yogyakarta diharapkan bisa meringankan beban mereka. Apalagi, Pemprov Sumsel juga akan membuka klinik untuk melayani kesehatan warga yang terkena dampak erupsi Merapi.

"Kami mengusulkan tempat untuk membuka klinik adalah Jogja Expo Center (JEC), karena terdapat sekitar 1.500 pengungsi yang membutuhkan tambahan layanan kesehatan, agar mereka yang sakit dapat mendapatkan layanan yang baik,` katanya. 
Sumber: (E.013*B015*ANT-158/K004)
COPYRIGHT © 2010