TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Meskipun erupsi Gunung Merapi cenderung menurun, namun statusnya tetap pada level awas. Sebab, aktivitas seperti gempa vulkanik, gempa multiphase, gempa tremor, dan guguran lava, masih terjadi.
“Aktivitas Merapi turun meskipun tidak signifikan, masih terjadi erupsi meskipun intensitasnya juga berkurang. Tetapi masih ada aktivitas vulkanik berupa kegempaan,” kata Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Rabu (24/11).
Catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, menyebutkan, selama dua hari tidak terjadi luncuran awan panas. Wedhus gembel, sebutan awan panas itu terakhir meluncur pada Senin (22/11) sebanyak lima kali.
“Aktivitas Merapi turun meskipun tidak signifikan, masih terjadi erupsi meskipun intensitasnya juga berkurang. Tetapi masih ada aktivitas vulkanik berupa kegempaan,” kata Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Rabu (24/11).
Catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, menyebutkan, selama dua hari tidak terjadi luncuran awan panas. Wedhus gembel, sebutan awan panas itu terakhir meluncur pada Senin (22/11) sebanyak lima kali.
Sedangkan gempa vulkanik terjadi 17 kali, gempa multiphase 49 kali, gempa tremor beruntun guguran 20 kali dan gempa tektonik satu kali. Pada Selasa (23/11) terjadi gempa vulkanik 17 kali, gempa multiphase 41 kali, gempa tremor beruntun, gempa tektonik tiga kali. Sedangkan pada Rabu (24/11) hingga pukul 06.00 WIB terjadi gempa vulkanik empat kali, gempa multiphase 11 kali, gempa tremor yang menandakan pergerakan magma terjadi beruntun, guguran sebanyak enam kali dan gempa tektonik lima kali.
Pemantuan secara visual, kabut dan mendung mendominasi visual di semua pos pemantauan Gunung Merapi sejak dini hiri hingga pagi hari. Saat cuaca cerah, teramati asap berwarna putih hingga kecoklatan bertekanan lemah setinggi 300 meter condong ke barat laut. Asap tinggi 200 meter condong ke barat laut terekam di CCTV Deles dan Museum Gunung Merapi di Kaliurang.
Ancaman sekunder akibat erupsi Merapi saat ini adalah terjadinya banjir lahar dingin. Tidak hanya lahar dingin yang berada di sungai-sungai yang berhulu di Merapi, tetapi perkampungan yang berada di bawah lereng Merapi. Sebab material yang dimuntahkan sebanyak 140 juta meter kubik meyebar ke segala arah dan memenuhi lereng. Sungai-sungai, seperti Kali Gendol, Kali Opak, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Krasak yang berada di lereng Merapi sudah penuh material.
“Dengan data kegempaan serta pengamatan visual seperti itu, status Merapi tetap awas, bahaya primer berupa awan panas dan bahaya sekunder banjir lahar dingin,” kata Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta.
Pemantuan secara visual, kabut dan mendung mendominasi visual di semua pos pemantauan Gunung Merapi sejak dini hiri hingga pagi hari. Saat cuaca cerah, teramati asap berwarna putih hingga kecoklatan bertekanan lemah setinggi 300 meter condong ke barat laut. Asap tinggi 200 meter condong ke barat laut terekam di CCTV Deles dan Museum Gunung Merapi di Kaliurang.
Ancaman sekunder akibat erupsi Merapi saat ini adalah terjadinya banjir lahar dingin. Tidak hanya lahar dingin yang berada di sungai-sungai yang berhulu di Merapi, tetapi perkampungan yang berada di bawah lereng Merapi. Sebab material yang dimuntahkan sebanyak 140 juta meter kubik meyebar ke segala arah dan memenuhi lereng. Sungai-sungai, seperti Kali Gendol, Kali Opak, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Krasak yang berada di lereng Merapi sudah penuh material.
“Dengan data kegempaan serta pengamatan visual seperti itu, status Merapi tetap awas, bahaya primer berupa awan panas dan bahaya sekunder banjir lahar dingin,” kata Subandriyo, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta.