YOGYAKARTA--MICOM:Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman Riyadi Martoyo berharap, pelaksanaan pemusnahan bangkai ternak akibat erupsi Gunung Merapi dapat diselesaikan selama masa tanggap darurat yang ditetapkan berlangsung hingga 9 Desember.
"Kami berharap, pemusnahan bangkai ternak dengan jalan pembakaran ini bisa diselesaikan sebelum masa tanggap darurat berakhir," kata Riyadi di Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Yogyakarta, Kamis (25/11). Â Â Â
Menurut dia, pemusnahan bangkai ternak dengan jalan pembakaran merupakan jalan terbaik untuk mengeliminasi dampak negatif dari banyaknya ternak yang mati terkena erupsi Merapi sejak 26 Oktober lalu, karena seluruh kuman yang melekat di bangkai akan mati.
Sejumlah dampak negatif dari banyaknya bangkai ternak tersebut di antaranya adalah bau menyengat yang ditimbulkan, banyaknya lalat yang mengerubungi bangkai ternak serta penyakit-penyakit lain yang mungkin ditimbulkan.
Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, jumlah ternak khususnya sapi yang mati akibat terkena erupsi Gunung Merapi di wilayah tersebut adalah sebanyak 2.445 ekor.
"Sejak tiga hari lalu, kami dibantu lembaga swadaya masyarakat, BNPB dan juga tentara serta masyarakat dapat melakukan pembakaran sebanyak 221 bangkai sapi di Desa Umbulharjo dan 17 ekor bangkai sapi di Desa Kepuharjo," paparnya.
Namun demikian, lanjut dia, tidak semua sapi yang mati akibat erupsi Gunung Merapi tersebut akan dimusnahkan dengan jalan dibakar karena sebagian besar sapi juga ada yang telah tertimbun material vulkanik. Ia mengatakan, petugas menemui sejumlah kendala dalam proses pembakaran bangkai ternak yang ditemui di lapanga,n di antaranya adalah sulitnya medan seperti banyaknya pohon yang roboh atau sapi tertimpa bangunan kandang yang rusak serta masih tidak menentunya aktivitas Gunung Merapi.
Sementara itu, Tim Kerja Penanganan Kesehatan Ternak Korban Merapi Ida Tjahajati mengatakan, bangkai-bangkai ternak yang dibakar tersebut terkadang tidak seluruhnya habis terbakar.
"Karenanya bangkai yang tidak habis terbakar tersebut perlu diberi probiotik untuk mempercepat proses pembusukan," ujar Ida menjelaskan.
Probiotik, adalah sejenis bakteri yang mampu mempercepat proses pembusukan dan menghilangkan bau busuk dari bangkai. Tanpa dibantu dengan pembakaran, lanjut dia, waktu yang dibutuhkan untuk membusukkan bangkai ternak secara alami adalah lebih dari empat pekan, namun dengan bantuan bakteri probiotik maka pembusukan akan lebih singkat yaitu sekitar satu pekan.
Namun demikian, Ida mengatakan, agar seluruh proses pemusnahan bangkai ternak ini dapat berjalan dengan cepat maka diperlukan koordinasi dari semua pihak yaitu berpartisipasi dalam melaksanakan pembakaran bangkai ternak.
"Jika ditemukan bangkai sapi, bisa langsung dibakar untuk kemudian melaporkan pembakaran tersebut kepada pihak terkait, sehingga proses pemusnahan bisa berlangsung cepat," ucapnya. Selain di Kabupaten Sleman, lanjut dia, di Kabupaten Klaten khususnya di wilayah Balerante juga telah dilakukan pembakaran bangkai ternak sekitar 300 ekor. Di Klaten, jumlah sapi yang dilaporkan mati akibat letusan Gunung Merapi berjumlah 357 ekor, di Kabupaten Magelang 16 ekor dan di Kabupaten Boyolali sebanyak 66 ekor. (Ant/OL-2)
"Kami berharap, pemusnahan bangkai ternak dengan jalan pembakaran ini bisa diselesaikan sebelum masa tanggap darurat berakhir," kata Riyadi di Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Yogyakarta, Kamis (25/11). Â Â Â
Menurut dia, pemusnahan bangkai ternak dengan jalan pembakaran merupakan jalan terbaik untuk mengeliminasi dampak negatif dari banyaknya ternak yang mati terkena erupsi Merapi sejak 26 Oktober lalu, karena seluruh kuman yang melekat di bangkai akan mati.
Sejumlah dampak negatif dari banyaknya bangkai ternak tersebut di antaranya adalah bau menyengat yang ditimbulkan, banyaknya lalat yang mengerubungi bangkai ternak serta penyakit-penyakit lain yang mungkin ditimbulkan.
Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman, jumlah ternak khususnya sapi yang mati akibat terkena erupsi Gunung Merapi di wilayah tersebut adalah sebanyak 2.445 ekor.
"Sejak tiga hari lalu, kami dibantu lembaga swadaya masyarakat, BNPB dan juga tentara serta masyarakat dapat melakukan pembakaran sebanyak 221 bangkai sapi di Desa Umbulharjo dan 17 ekor bangkai sapi di Desa Kepuharjo," paparnya.
Namun demikian, lanjut dia, tidak semua sapi yang mati akibat erupsi Gunung Merapi tersebut akan dimusnahkan dengan jalan dibakar karena sebagian besar sapi juga ada yang telah tertimbun material vulkanik. Ia mengatakan, petugas menemui sejumlah kendala dalam proses pembakaran bangkai ternak yang ditemui di lapanga,n di antaranya adalah sulitnya medan seperti banyaknya pohon yang roboh atau sapi tertimpa bangunan kandang yang rusak serta masih tidak menentunya aktivitas Gunung Merapi.
Sementara itu, Tim Kerja Penanganan Kesehatan Ternak Korban Merapi Ida Tjahajati mengatakan, bangkai-bangkai ternak yang dibakar tersebut terkadang tidak seluruhnya habis terbakar.
"Karenanya bangkai yang tidak habis terbakar tersebut perlu diberi probiotik untuk mempercepat proses pembusukan," ujar Ida menjelaskan.
Probiotik, adalah sejenis bakteri yang mampu mempercepat proses pembusukan dan menghilangkan bau busuk dari bangkai. Tanpa dibantu dengan pembakaran, lanjut dia, waktu yang dibutuhkan untuk membusukkan bangkai ternak secara alami adalah lebih dari empat pekan, namun dengan bantuan bakteri probiotik maka pembusukan akan lebih singkat yaitu sekitar satu pekan.
Namun demikian, Ida mengatakan, agar seluruh proses pemusnahan bangkai ternak ini dapat berjalan dengan cepat maka diperlukan koordinasi dari semua pihak yaitu berpartisipasi dalam melaksanakan pembakaran bangkai ternak.
"Jika ditemukan bangkai sapi, bisa langsung dibakar untuk kemudian melaporkan pembakaran tersebut kepada pihak terkait, sehingga proses pemusnahan bisa berlangsung cepat," ucapnya. Selain di Kabupaten Sleman, lanjut dia, di Kabupaten Klaten khususnya di wilayah Balerante juga telah dilakukan pembakaran bangkai ternak sekitar 300 ekor. Di Klaten, jumlah sapi yang dilaporkan mati akibat letusan Gunung Merapi berjumlah 357 ekor, di Kabupaten Magelang 16 ekor dan di Kabupaten Boyolali sebanyak 66 ekor. (Ant/OL-2)