KLATEN – Bukit Putih yang berada di antara Kecamatan Ngawen (Gunungkidul) dan Kecamatan Cawas (Klaten) masih terancam longsor lagi, setelah sehari sebelumnya longsor dan menewaskan seorang warga. Curah hujan yang masih tinggi dengan tekstur tanahnya yang labil, dapat membuat bebatuan dan lumpur kembali menerjang ke hunian warga.Pantauan koran ini di lokasi longsoran, puluhan warga nekat menerjang garis polisi dalam radius 100 meter dari kawasan rawan longsor. Ada yang penasaran ingin melihat bekas longsoran, tidak sedikit pula yang hanya iseng berfoto di lokasi bencana.
Kepada mereka, petugas dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) harus meneriakinya untuk menjauh. Salah seorang warga di lokasi, Wahyu, 28, mengaku ingin menyaksikan sendiri longsornya Bukit Putih yang telah menewaskan seorang warga setempat itu. ”Dengarnya dari orang-orang. Katanya bukit Bukit Putih longsor,” ujar dia, Senin (3/1).
Menurut Komandan Search And Rescue (SAR) Klaten Pandu Wirabangsa, Bukit Putih berpotensi longsor kembali karena curah hujan yang masih tinggi. ”Struktur tanahnya labil, ditambah hujan yang mengguyur dapat menyebabkan longsor susulan. Untuk itu patuhilah imbauan petugas di sana. Jangan melanggar garis polisi dalam radius rawannya!”ujar dia, kemarin.
Pada bagian lain, sebanyak 141 jiwa warga Dusun Mundon Desa Tancep Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, DIJ beralih ke kantor desanya Senin kemarin, setelah sebelumnya mengungsi ke SDN I Burikan Cawas. Mereka merupakan penduduk yang berhunian di bawah bukit yang terletak di perbatasan Klaten-Gunungkidul, DIJ itu.
Akibat longsor pada Minggu (2/1) sore, satu rumah rusak tertimbun lumpur dan batu, sementara dua rumah lainnya rusak. Seorang warga setempat, Sugito Tinoyo (70) tewas di dalam rumahnya dan baru dapat dievakuasi Senin kemarin pukul 06.40 WIB. Tim evakuasi juga menemukan satu mayat kambing, tidak jauh dari reruntuhan rumah Sugito Tinoyo. Jasad yang ditemukan terkubur lumpur dan tanah serta reruntuhan bangunan.
Salah seorang pengungsi, Gunawan, 29, mengatakan belum berani menempati rumahnya karena separohnya telah hancur diterjang longsor. ”Keluarga saya untuk sementara mengungsi dahulu. Menunggu alat berat datang untuk mengeruk,”ujar dia.
Diceritakannya, longsor kemarin merupakan yang terbesar sejak kejadian 2006 lalu. Ia juga merasa khawatir terjadi longsor susulan, karena rekahan akibat gempa 2006 lalu terus melebar.
Sekretaris Desa Burikan Kecamatan Cawas Klaten Joko Sutana mengingatkan warga di sekitar lokasi rawan untuk bersiaga pascalongsor kemarin.”Meskipun tidak berada tepat di bawah bukit, tapi untuk jaga-jaga saja. Karena lumpur dan batu bisa mencapai ratusan meter dari kaki bukit,”ujar dia. Dia memperkirakan ada 250 warga yang tinggal di radius 100 meter dari bukit. Kepada mereka, dia meminta untuk ekstra waspada. (jko)
Kamis, 06 Januari 2011
Warga Klaten Diminta Waspadai Longsor Bukit Putih
KLATEN--MICOM: Penduduk Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang berada di radius 100 meter dari Bukit Putih diminta waspada saat curah
hujan tinggi, karena bukit itu berpotensi longsor.
"Mengingat tekstur tanah di bukit itu labil, longsor susulan bisa terjadi jika curah hujan tinggi. Karena itu, warga yang tinggal di radius 100 meter dari kawasan rawan longsor itu harus menjauh," kata Komandan Search and Rescue (SAR) Klaten Pandu Wirabangsa di Kantor Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten, Selasa (4/1).
Pada Minggu (2/2) sore bukit yang berada di perbatasan Kabupaten Gunungkidul dan Klaten itu longsor akibat hujan deras. Seorang penduduk Dusun Mundon, Desa Tancep, Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, bernama Gito Tinoyo, 70, tewas dalam musibah tersebut. Satu rumah milik korban tertibum dan dua rumah warga lainnya rusak diterjang lumpur dan batu.
Sejak terjadi longsor, warga yang bertempat tinggal di bawah bukit ketakutan pada saat hujan. Karena itu, menurut Sekretaris Desa Burikan Joko Sutono, warga kini mengaktifkan kembali kegiatan ronda. "Ini bentuk kewaspadaan warga jika sewaktu-waktu terjadi longsor," ujarnya. (OL-01)
hujan tinggi, karena bukit itu berpotensi longsor.
"Mengingat tekstur tanah di bukit itu labil, longsor susulan bisa terjadi jika curah hujan tinggi. Karena itu, warga yang tinggal di radius 100 meter dari kawasan rawan longsor itu harus menjauh," kata Komandan Search and Rescue (SAR) Klaten Pandu Wirabangsa di Kantor Humas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten, Selasa (4/1).
Pada Minggu (2/2) sore bukit yang berada di perbatasan Kabupaten Gunungkidul dan Klaten itu longsor akibat hujan deras. Seorang penduduk Dusun Mundon, Desa Tancep, Kecamatan Ngawen, Gunungkidul, bernama Gito Tinoyo, 70, tewas dalam musibah tersebut. Satu rumah milik korban tertibum dan dua rumah warga lainnya rusak diterjang lumpur dan batu.
Sejak terjadi longsor, warga yang bertempat tinggal di bawah bukit ketakutan pada saat hujan. Karena itu, menurut Sekretaris Desa Burikan Joko Sutono, warga kini mengaktifkan kembali kegiatan ronda. "Ini bentuk kewaspadaan warga jika sewaktu-waktu terjadi longsor," ujarnya. (OL-01)
Senin, 03 Januari 2011
Evakuasi korban longsor di Dusun Mundon, Desa Tancep, Ngawen
KLATEN - Satu warga Dukuh Mundon, Desa Tancep, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tewas tertimbun longsor di rumahnya. Korban bernama Sugito (60), belum berhasil dievakuasi oleh petugas.
Kejadian bermula saat hujan deras mengguyur wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten sekira pukul 16.00 WIB. Akibatnya sebuah bukit diatas desa longsor.
Sebanyak dua rumah tertimbun material longsoran, satu rumah diantaranya bahkan sudah hilang tertimbun. Sugito yang saat itu berada pada salah satu rumah tidak sempat menyelamatkan diri saat material longsoran datang.
Camat Cawas, Priharsanto mengatakan Desa Mundon juga terkena dampak longsor, yaitu aliran lumpur yang cukup tinggi menggenangi wilayah desa. "Ada dua kepala keluarga yang tinggal di tempat rawan. Tapi sekarang sudah diungsikan," ujarnya, Minggu (2/1/2011) malam.
Saat ini tim gabungan dari SAR, Kesbangpolinmas, dan PMI serta masyarakat setempat masih berusaha mengevakuasi korban. Namun karena hujan yang terus mengguyur kegiatan tersebut sedikit terhambat.
(Nazarudin Latief/Koran SI/fer)
Langganan:
Postingan (Atom)